BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat menjadi sebuah kebutuhan .
Kesehatan ádalah harta yang takternilai. Kenyataan ini mudah di mengerti
mengingat begitu banyak hal yang bisa dilakukan dalam keadaan sehat dan
sebaliknya begitu banyak hal akan tertinggal pada saat kita sakit.
Menurut
Almatsier (2005 : 9 ) Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan
zat-zat gizi esencial adalah zat gizi yang harus di datangkan dari makanan.
Bila di kelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energi,
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mengatur proses tubuh.
Makanan hasil tekhnologi biasanya telah mengalami
berbagai proses pengawetan, penambahan cita rasa dan sebagainya. Cita rasa
serta buah – buahan yang ditambahkan biasanya berupa zat – zat kimia buatan sehingga makanan tersebut sudah tidak
alami lagi dan berisiko kekurangan/kehilangan kandungan vitamin dan zat gizi.
Sehingga tubuh juga memerlukan asupan makanan dan vitamin alami bagi tubuh.
Vitamin
adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang di butuhkan oleh tubuh dalam
jumlah kecil. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, vitamin sangat
mempengaruhi kesehatan tubuh. Defisiensi vitamin dapat menyebabkan penyakit
bahkan difesiensi vitamin dalam jangka waktu dapat menyebabkan kematian. Vitamin ada yang dapat disintesis oleh tubuh dan ada
pula yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Salah satu vitamin yang tidak
dapat di síntesis oleh tubuh adalah vitamin C. Oleh karena itu untuk memenuhi
kebutuhan vitamin C dalam tubuh perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C.
Vitamin
C adalah vitamin antiskorbut dijumpai dalam buah –buahan dan sayuran. Penting untuk perkembangan yang sehat bagi
semua jaringan ikat, menambah kekebalan terhadap infeksi dan membantu
penyembuhan luka dan fraktur (Syaifuddin, 2006:218).
Dibandingkan
buah – buahan lainnya seperti jeruk manis yang mempunyai kandungan C 49 mg /100
gram bahan , kandungan vitamin C jambu biji 2 kali lipat. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkosentrasi
pada kulit dan daging luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C mencapai puncaknya menjelang matang (Kumala
ningsih, 2006 : 47). Tanaman jambu biji mengandung zat “psiditanin” dan
minyak atsiri “eugenol” yang bermanfaat untuk pengobatan beberapa jenis
penyakit (Haryoto. 1998 : 15).
Saat
ini, buah jambu biji telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
jumlah trombosit pada penderita demam
berdarah. Kemungkinan besar, hal ini disebabkan buah jambu biji berkhasiat
untuk mengatasi hemostatis, antiradang dan antioksidan sehingga dapat
menghentikan proses agregasi (pengumpulan) trombosis dan pendarahan yang
terjadi, seperti mimisan, pendarahan kulit dan berak darah
(http//jacksite.wordpress.com). Pada tahap awal penyakit dan tahap pemulihan,
jambu biji bisa dikonsumsi untuk membantu mengatasi kekurangan cairan dan
trombosit, serta meningkatkan daya tahan tubuh
(http//www.lintasberita.com).
Sebagai
bahan makanan, jambu biji sangat
membantu memenuhi kebutuhan vitamin C dalam tubuh. Sebagian besar
masyarakat hanya mengkonsumsi jambu biji
sebagai buah – buahan saja. Jambu biji yang sering dikonsumsi adalah jambu biji
berdaging buah putih dan jambu biji berdaging buah merah. Akan tetapi,
pengetahuan masyarakat saat ini terdapat perbedaan kadar vitamin C pada kedua
varietas jambu biji tersebut masih kurang. Berdasarkan latar belakang masalah
diatas penulis berkeinginan mengadakan suatu penelitian untuk membuktikan kandungan kadar vitamin C pada jambu biji dan
manfaatnya bagi kesehatan dengan
mengangkat judul “Kandungan
Kadar Vitamin C Pada
Jambu Biji Berdaging
Buah Merah dan Manfaatnya
Dalam Bidang Kesehatan”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas timbullah suatu permasalahan yaitu :
“ Bagaimanakah kandungan kadar vitamin C pada jambu biji berdaging buah
merah dan apa manfaatnya bagi kesehatan?”
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kandungan kadar vitamin C
pada jambu biji berdaging
buah merah dan manfaatnya bagi kesehatan.
1.4 Hipotesis
Hipótesis dalam penelitian ini
adalah kandungan kadar vitamin C pada jambu biji berdaging buah merah yang memiliki kandungan kadar vitamin C lebih
banyak serta sangat bermanfaat bagi kesehatan.
1.5 Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi yang mengkaji kadar vitamin C pada
varietas jambu biji.
1.6 Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat mengenai pemilihan jambu
biji dengan kandungan vitamin tinggi sebagai salah satu alternatif makanan
sehat, antioksidan dan pencegahan demam berdarah.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1 Jambu Biji (Psidium guajava. L )
2.1.1 Pengenalan Tanaman Jambu Biji
Jambu
biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Jambu biji ini bukan merupakan
tanaman asli indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah
oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di
Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887 – 1942.
Seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara
seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia.
(Parimin,2005 : 11).
Jambu
biji merupakan salah satu tanaman yang bernilai komoditas tinggi dan salah satu
buah yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam bahasa inggris
disebut Lambo guava. Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal
dari bahasa yunani yaitu “psidium” yang berarti delima, “guajava” berasal dari
nama yang diberikan oleh orang spanyol. Jambu biji (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu batu, jambu siki
dan jambu klutuk adalah tanaman
tropis yang berasal dari Amerika Tengah dan sebagian sumber menyebut dari
Brazil, buah ini disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu biji memiliki
buah yang berwarna hijau (agak kekuningan jika telah matang) dengan daging buah
berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Diantara berbagai jenis buah,
jambu biji mengandung vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin
A. Tanaman ini mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan tahan terhadap
beberapa hama dan penyakit.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman jambu biji
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Sub class :
Rosidae
Ordo :
Myrtales
Famili :
Myrtaceae
Genus :
Psidium
Spesies :
Psidium guajava L (Dasuki, 1992 :
134)
Diperkirakan dari 150 jenis jambu biji
yang dikenal, jenis Guajava psidium yang dipercaya mengandung nutrien antioksi dan
dan memiliki kemampuan terapis dan
ditemukan di daerah tropis. Jambu biji yang umum dijumpai di Indonesia adalah
jenis lokal dan bangkok yang merupakan
hasil persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain.
2.1.2 Morfologi
Jambu biji
(Psidium guajava) merupakan
tanaman perdu atau pohon kecil dan bercabang banyak,
tinggi 3 – 10 meter. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40
tahun. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2 – 3 bulan
meskipun ditanam dari biji. Batang yang berwarna pirang licin, terkelupas, di antaranya berkayu keras, tidak
mudah patah, kuat dan padat.Batang dan cabang – cabangnya mempunyai kulit
berwarna cokelat atau cokelat keabu – abuan.
Batang yang muda (ujung – ujung ranting- ranting) jelas bersegi empat. (Parimin, 2005 : 12).
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang,
bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Daun yang muda
berambut abu-abu. Daun tunggal bertangkai pendek duduk daun berhadapan tetapi
pada cabang-cabang tampak seperti tersusun dalam 2 baris. Bunga tersusun dengan
anak payung yang terdiri atas 1-3 bunga dan terdapat dalam ketiak-ketiak daun.
Kelopak bangun lonceng atau corong dengan tepi yang tetap, mahkota berwarna
putih, lekas gugur. Benang sari banyak, warna seperti tangkai putih krem. Bakal
buah tenggelam beruang 4-5. Buahnya buah buni yang bulat/seperti buah per,
waktu muda hijau kalau masak kuning (krem) dengan daging buah yang kuning/krem
pula atau merah muda. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. Berakar tunggang, berserabut cukup banyak dan
tumbuh relatif cepat Perakaran jambu
biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu
berbuah sepanjang tahun. (Tjitrosoepomo, 2005 :223).
2.1.3
Jenis Jambu Biji
Menurut Parimin
(2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang
tersebar di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Indonesia memiliki banyak
koleksi jenis tanaman jambu biji atau dikenal dengan koleksi plasma nutfah
jambu biji. Dari sejumlah jenis jambu
biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari masyarakat Indonesia
dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi
diantaranya :
a. Jambu
Biji Biasa
Jambu
jenis ini memiliki pohon tidak begitu tinggi dan terpendek dibandingkan dengan
kedua jenis tanaman jambu biji lainnya. Buahnya bulat, warna daging buahnya
merah, berbiji banyak, rasanya manis dan beraroma harum. Contohnya jambu
kelutuk atau jambu biji lokal.
b. Jambu
susu
Jambu
jenis ini umumnya memiliki pohon yang bertinggian sedang dan buahnya tidak
sebanyak jambu kelutuk. Bentuk buahnya agak lonjong, daging buah bewarna putih
kekuning – kuningan, berbiji sedikit, dan rasanya kurang manis.
c. Jambu
Sukun
Jambu jenis ini
memiliki pohon yang tinggi dan tidak banyak bercabang. Tiap pohon tidak
menghasilkan banyak buah, tetapi ukuran buahnya besar. Buahnya tidak berbiji,
rasanya hambar dan daging buahnya bewarna putih kekuning – kuningan. Selain
untuk dikonsumsi segar,buah jambu biji susu memiliki potensi untuk diolah
menjadi sari buah, sirup, nectar, selai, jeli dan dodol.
(Haryoto, 1998 : 12).
d. Jambu biji merah getas
Jambu merah getas
merupakan jambu biji hasil persilangan jambu biji pasar minggu yang
berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah getas memiliki
keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal,
berasa manis, harum, dan segar. Jambu biji ini tahan terhadap hama dan
penyakit. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena mampu
berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. Jambu ini banyak diminati karena
selain rasanya lebih enak, ternyata dapat meningkatkan trombosit darah pada
penderita demam berdarah.
e. Jambu biji bangkok
Jambu
biji Bangkok memiliki ciri, antara lain buahnya berukuran besar dengan bobot 500-1.200
gram, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar. Jenis tanaman
jambu biji bangkok termasuk pendek dan berbuah sangat lebat.
f. Jambu pasar minggu
Jambu biji ini memiliki
bentuk agak lonjong seperti alpukat dengan daging buahnya merah, berasa
manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna
hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang.
2.1.4 Kandungan dan
Manfaat Buah Jambu Biji
Kandungan vitamin C pada jambu biji
sanggup memenuhi kebutuhan harian anak berusia 13-20 tahun yang mencapai 80-100
mg per hari, atau kebutuhan vitamin C harian orang dewasa yang mencapai 70-75
mg per hari. Dengan demikian, sebutir jambu biji dengan berat 275 per buah
dapat mencukupi kebutuhan harian akan vitamin C pada tiga orang dewasa atau
anak-anak (Yuan, 2008).
Tanaman
jambu biji mengandung berbagai komponen yang hampir sama menyusun buah, daun
batang, akar dan bunganya. Daunnya mengandung tanin, minyak atsiri (zat avikulanin dan guaiferin yang bersifat anti bakteri), asam
ursalat, asam psidiolat, asam krotagolat, asam oleoanolat, asam guajaverin, vitamin, garam mineral dan
zat samak (psiditanin).
Jambu biji juga mengandung kalium
yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi
otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan
keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar
kolesterol total dan triglisida darah. Menurut Dr. James Cerda dengan memakan
jambu biji 0,5-1 kg/hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit jantung dapat
berkurang sebesar 16% (Astawan, 2006).
Jambu biji juga mengandung natrium
sebesar 26 mg/100gram,yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam
tubuh. Natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga
cairan tidak keluar dari sel (Almatsier, 2004).
Jambu biji juga kaya serat,
khususnya pektin (serat larut air). Manfaat pektin antara lain menurunkan
kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh serta
membantu mengeluarkannya (Yuan, 2008).
Jambu biji memiliki potensi di bidang medis
sebagai sumber senyawa antioksidan (vitamin C, vitamin E, β-karoten, seng dan selenium) dan berperan
sebagai fitonutrien yang secara ilmiah dibuktikan
melalui berbagai studi. Studi pengaruh konsumsi jambu biji terhadap status oksidan dan profil lipid
(total kolesterol, trigliserid, LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol) pada pemuda
sehat, menunjukkan konsumsi jambu biji memperbaiki status oksidan dan
profil lipid. (http :
//www.ristek.go.id).
Mengkonsumsi jambu biji dapat meningkatkan kesehatan jantung. Jambu biji
sangat kaya akan serat (9 gram/cangkir) yang bekerja untuk mengontrol tekanan
darah dan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian yang dilakukan Singh Medical
Hospital and Research center Morrabad, India, menunjukkan jambu biji juga dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah serta tekanan darah
penderita hipertensi esensial. Kandungan carotenoid dan likopen dalam jambu
biji berguna sebagai alat pencegah penyakit kanker yang ampuh. Studi dari
Harvard University, mengemukakan dari penelitian terhadap 48.000 laki-laki. Responden
yang paling banyak menambahkan asupan likopen dalam menu diet mereka akan
mengalami menurunan resiko kanker prostat sebanyak 45%.
Disamping manfaat jambu biji untuk
menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta mencegah munculnya kangker,
memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, meningkatkan kesehatan
gusi, gigi dan pembuluh kapiler serta membantu penyerapan zat besi dan
penyembuhan luka. Juga berkhasiat anti radang, anti diare, dan menghentikan
pendarahan (Ditjen BPPHP Deptan, 2002).
Berikut ini adalah kandungan gizi jambu biji dalam 100 gram bagian yang
dapat dimakan
Kandungan
|
Jumlah
|
Kandungan
|
Jumlah
|
Energi
|
49,00 kal
|
Vitamin A
|
25 SI
|
Protein
|
0,90 gr
|
Vitamin B1
|
0,05 mg
|
Lemak
|
0,30 gr
|
Vitamin B2
|
0,04 mg
|
Karbohidrat
|
12,20 gr
|
Vitamin C
|
87,00 mg
|
Kalsium
|
14,00 mg
|
Niacin
|
1,10 mg
|
Fosfor
|
28,00 mg
|
Serat
|
5,60 gr
|
Zat Besi
|
1,10 mg
|
Air
|
86 gram
|
Bagian
yang dapat dimakan
|
|||
82 %
|
Sebagian
besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit serta daging bagian
luarnya yang lunak dan tebal.Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya
menjelang matang.Kandungan vitamin C per 100 gram jambu biji matang adalah
150,50 mg, matang optimal sebanyak 130,13 mg, dan lewat matang sebanyak 132,24
mg. Sementara kandungan gula atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36%,
matang optimal 3,71%, sedangkan lewat matang sebanyak 1,84%. Selain itu jambu
biji mengandung serat pektin (serat larut air), tanin, kalium, zat karotenoid,
dan likopen terutama jambu biji berwarna merah (Parimin 2007).
2.2 Vitamin C
2.2.1 Sejarah Vitamin C
Penyakit
scurvy telah dikenal sejak abad ke 15, yaitu penyakit yang banyak di derita
oleh pelaut yang berlayar selama berbulan - bulan serta bertahan dengan makanan
yang dikeringkan dan biskuit. Penyakit ini menyebabkan pucat, rasa lelah
berkepanjangan dan diikuti oleh pendarahan gusi, pendarahan di bawah kulit,
edema, tukak. dan pada akhirnya kematian.
Pada
tahun 1750, Lind, seorang dokter dari Skotlandia menemukan bahwa scurvy dapat
di cegah dan diobati dengan memakan jeruk. Baru pada tahun 1932 Szent-Gyorgy
dan C. Glen King berhasil mengisolasi zat antiskorbut dari jaringan adrenal,
jeruk, dan kol yang dinamakan vitamin C. Zat ini kemudian berhasil disintesis
pada tahun 1933 oleh Haworth dan Hirst sebagai asam askorbat (Almatsier, 2005 :
185).
2.2.2 Sumber dan
Fungsi
Sumber
vitamin c yang penting dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan dan
sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani pada umumnya
tidak merupakan sumber yang kaya akan vitamin C (Kumalaningsih, 2006 : 35 ).
Vitamin
C dapat membantu metabolisme protein, pembentukan jaringan kolagen, dan
penyerapan zat besi (Sekarindah titi, 2006 : 6).
Vitamin
C paling banyak ditemukan pada buah-buahan, seperti jambu biji, nanas, jeruk,
tomat, mangga dan sirsak (Vitahealth, 2004 : 95).
Vitamin
C sering digunakan untuk melindungi sel darah putih dari enzim yang dilepaskan
saat dicerna bakteri yang telah ditelannya. Fungsi lain dari vitamin C adalah
sebagai antioksidan, penghasil senyawa transmitter saraf dan hormon
tertentu,membantu memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim sebagai
faktor penyerap dan pengguna zat gizi lainnya (Vitahealt, 2004 : 95 ).
Vitamin
C dapat meningkatkan daya tahan tuuh terhadap infeksi, kemungkinan karena
pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan.
(Almatsier, 2005 : 190).
Vitamin
C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan
bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan mengganggu
integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan
sel darah dan pada pembentukan tulang
dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting pada respirasi jaringan
(Pudjiadi, 2005 : 181).
2.3. Struktur Kimia
Vitamin C
merupakan senyawa yang bersifat asam dan merupakan pereduksi yang kuat, vitamin
mempunyai rumus molekul C6H8O6,
berbentuk kristal putih tidak berwarna, tidak berbau. (Andarwulan, 1992 : 225).
Menurut proyeksi
fisher rumus bangunan vitamin C digambar sebagai berikut :
Asam L askorbat
|
O
|
C
|
C
|
C
|
H
|
HO
|
H
|
CH2OH
|
C
|
C
|
HO
|
HO
|
Asam
askorbat (vitamin C ) adalah suatu turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-galaktosa dalam
tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar dari hewan (Almatsier, 2005 : 186).
Asam askorbat cukup mantap
dalam larutan asam, tetapi dengan adanya cahaya akan terurai. Penguraian ini
Sangat dipercepat bila ada oksigen, basa, tembaga , dan besi (Harris, 1989 :3)
Dari
semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak.
Vitamin mudah dihancurkan oleh suhu tinggi dan media lindi, mudah teroksidasi
oleh oksigen, udara atau sedikit tembaga.Vitamin C dapat dilarutkan dalam air
dan mudah dihancurkan oleh suhu tinggi dan media lindi, mudah teroksidasi oleh
oksigen udara atau sedikit tembaga. (Pudjiadi, 2005 : 180).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan
dilaboraturium FKIP Kimia Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan direncanakan
akan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari
sampai 22 Januari 2011.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
secara eksperimental dengan cara titrasi idiometri dengan 8 kali ulangan.
3.3 Alat
dan Bahan Penelitian
3.3.1
Alat
·
Blender
·
Gelas
Kimia 100 ml
·
Gelas
ukur 25 ml dan 250 ml
·
Timbangan
Analitik
·
Alat
Titrasi
·
Labu
Erlenmeyer 25 ml
·
Pompa
Vakum
·
Pipet
Tetes
3.3.2
Bahan
·
Psidium guajava berdaging merah
·
Psidium guajava berdaging putih
·
Larutan
iodium 0,07 N
·
Air
suling
3.4 Objek
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan sampel jambu biji berdaging merah dan jambu biji berdaging putih.
3.5
Prosedur
Penelitian
1. Sampel
ditimbang sebanyak 100 gram, dihaluskan dengan megggunakan blender.
2. Dimasukkan
kedalam gelas ukur, diencerkan dengan menambahkan air suling sehingga volume
250 ml.
3. Kemudian
disaring dengan menggunakan pompa vakum untuk memisahkan filtrate.
4. Sebanyak
25 ml (
) filtrate dipindahkan
dengan pipet kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 2 ml amilum 1
%.
5. Dilakukan titrasi dengan iodium 0.07 N (
) hingga terbentuk
warna biru muda.
6. Setelah
diperoleh volume iodium (
) sebagai titik akhir
titrasi, data tersebut ditabulasi.
7.
Kemudian
dihitung konsentrasi vitamin C (
) dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :
Keterangan :
8.
Selanjutnya
dihitung berat kadar vitamin C dengan menggunakan rumus :
mg = BE x N x V
3.6 Parameter
Parameter yang diamati
pada penelitian ini adalah kadar vitamin C pada sampel.
3.7 Metode Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, kemudian data tersebut diolah
untuk menguji hipotesis yang telah di rumuskan. Statistik yang digunakan adalah
uji-t dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
Keterangan :
t = t- hitung
S = standar deviasi gabungan dari kedua
sample (Sudjana, 2005 : 239)
Untuk menerima atau menolak
hipótesis (Ha) digunakan taraf uji 0.05 dengan bantuan jika t hitung lebih ≥ t tabel, maka hipótesis (Ha)
diterima, sebaliknya jika t hitung ≤ t
tabel, mka hipótesis alternative (Ha) ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N. 1992. Kimia Vitamin.
Jakarta : Rajawali.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dasuki, U. A. 1992. Sistematika
Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik.
Jakarta : Erlangga.
Harris R. S. Dkk. 1989. Evaluasi Gizi Pada
Pengolahan Bahan Pangan. Bandung : ITB.
Haryoto. 1998. Sirup Jambu Biji.
Yogyakarta : Kanisius.
Kartasapoetra. 2004. Budidaya Tanaman
Berkhasiat Obat. Jakarta : Rineka Cipta.
Muhlisah, F. 2006. Tanaman Obat
Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak. Jakarta : Gaya Baru.
Sudjana. 1992. Metode Statistika.
Bandung : Tarsito.
Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi.
Jakarta : Dian Rakyat.
Syaifuddin. 2006. Anatomo Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tjitrosoepomo,
G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat – obatan. Yogyakarta : UGM.
Vitahealth. 2004. Seluk – Beluk Food
Suplemen. Jakarta : PT. Gramedia.
Winarno. 2005. Kimia Pangan Dan Gizi.
Jakarta : Gramedia.
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi
Untuk Kesehatan. Jakarta : Rajawali Sport.
Rismunandar.
1983. Membudayakan Tanaman Buah- buahan. Bandung : Sinar Baru.
Saptarini N, 1989. Mengenal Buah Unggul
Indonesia. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sekarindah Titi, 2006. Terapi Jus Buah
Dan Sayur. Jakarta : Puspa Swara.
Sunarjono,
H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tohir K, 1983. Bercocok Tanam Buah –
buahan. Jakarta : Pradnya Pramita.
Pracaya, 2005. Bertanam Jambu Biji. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Sunaryono,
1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-buahan dan Bercocok Tanam Buah-buahan Penting di Indonesia. Bandung :
C.V. Sinar Baru.
Rita,
Y. 2005. Analisis Kandungan Vitamin C dan B Pada Susu Kedelai Yang Diproduksi
Di Ie Masen Kayee Adang Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh.
Parimin,S.
P. 2005. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta
: Penebar Swadaya.
0 comments:
Post a Comment