BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada
dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan
objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat
sebagai proses berpikir yang sistematis dan radil juga memiliki objek material
dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang
ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,yang ada
dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional
adalah sudut pandang yang menyeluruh,radikal,dan rasional tentang segala yang
ada.setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris
semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peruses terbentuknya ilmu secara
bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner
yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Karena itu, filsafat
oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah,
ilmu-ilmu moderen dan konten pontemporer berkembang, sehingga manusia dapat
menikmati ilmu dan sekaligus buahnya,yaitu teknologi.
Dalam
taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi
sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hokum, dan filsafat ilmu adalah
bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak
dalam satu bidang tertentu.
Tugas
filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak
terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Filsafat sepatutnya mengukuti
alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radiakal,
menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm
filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu
B.
Pembatasan Maslah
Agar
lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi
permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: pengertian
filsafat, objek dan studi filsafat, bidang kajian filsafat,
C.
Perumusan Masalah
dari
uraian yang telah dipaparkan sepintas maka dapat dirumuskan rumusan malalah
sebagai berikut diantaranya:
1.
Apakah yang menjadi problem-problem filsafat ilmu?
2.
Apakah yang menyebabkan terjadinya problem tersebut?
3.
Kapan terjadinya perbedaan pandangan dari para philosop?
D.
Tujuanpenulisan
adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
untuk mengetahui permaslaan dalam filsafat ilmu
2.
untuk mengetahui bagaimana cara pendektan filsafat ilmu?
E.
Metodologi Penulisan
dalam
pembahasan filsafat ilmu ini kami menggunakan metode analisis deskriftif dari
sumber-sumber yang kami peroleh
F.
Sistematika Penulisan
makalah
ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan
sistemaitka sebagai berikut:
bab
I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan
masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
bab
II : pembahsan yang menguraikan tentang pengertian filsafat,
objek
dan studi filsafat, bidang kajian filsafat
Bab
III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN FILSAFAT
1.
Arti Istilah dan Rumusan Filsafat
Istilah
filsafat bisa dilacak etimologinya dari istilah Arab falsafah, atau bahasa
Inggris Philosophy yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia yang terbentuk
dari dua akar kata : philen (mencintai) dan sophos (bijaksana), atau juga
philos (teman) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi filsafat adlah cinta akan
kebijaksanaan.
Secara
terminologis, penulis menggunakan definisi filsafat sebagai berikut :
Filsafat
adalah kegiatan / hasil pemikiran / perenungan yang menyelidiki sekaligus
mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/ teori
yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
2.
Objek Studi dan Metode Filsafat
Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat
dipilah dalam tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada
dalam kemungkinana, ada dalam pikran atau konsep. Objek formal filsafat adalah
hakikat terdalam / substansi/ esensi/ intisari.
3.
Bidang Kajian Filsafat
a.
Ontologi,
Ontologi
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh
Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales,
Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai
pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula
segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin
sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu
itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat
kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
1.
kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
2.
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara
sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.
Istilah
istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
•
yang-ada (being)
•
kenyataan/realitas (reality)
•
eksistensi (existence)
•
esensi (essence)
•
substansi (substance)
•
perubahan (change)
•
tunggal (one)
•
jamak (many)
Ontologi
adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang
disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.
b.
Epistimologi,
Epistemologi,
(dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis
pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi
menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad
yang lalu dan berkembang di dunia barat. Sementara di dunia Islam kajian
tentang ini sebagai sebuah ilmu tersendiri belum populer. Belakangan beberapa
pemikir dan filusuf Islam menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus
seperti, Mutahhari dengan bukunya “Syinakht”, Muhammad Baqir Shadr dengan
“Falsafatuna”-nya, Jawad Amuli dengan “Nadzariyyah al Ma’rifah”-nya dan Ja’far
Subhani dengan “Nadzariyyah al Ma’rifah”-nya. Sebelumnya, pembahasan tentang
epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku filsafat klasik dan mantiq.
Sumber
pengetahuan :
Filsafat
Muslim membagi epistemologi berdasarkan objeknya menjadi 2 bagian yakni :
1.
Khuduri : Hadirnya sesuatu ke dalam dirinya sendiri, contoh : lapar, sedih, dll
2.
Khusuli : Hadirnya sesuatu dari luar dirinya sendiri (harus ada bendanya
terlebih dahulu), contoh : Melihat bentuk gunung, dsb
Epistemologi
berdasarkan subjeknya terbagi menjadi :
1.
Akal
2.
Panca Indera
3.
Konsepsi (Gambaran tentang sesuatu yang apa adanya)
4.
Imajinasi (Konsep benda yang tidak berhubungan dengan benda yang dituju )
c.
Aksiologi
Aksiologi
menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral.
Terdapat
2 faham pendukung yakni :
1.
Absolutisme
2.
Relativisme
Nilai-nilai
kebenaran :
1.
Universal
2.
Argumentatif
3.
Rasional
4.
Manusiawi
4.
Cabang-Cabang Filsafat
a.
Metafisika
studi
tentanag sifat yang terdalam dari kenyataan / keberadaan. Persoalan-persoalan
metafisis dibedakan menjadi tiga yaitu persoalan ontologism, persoalan
kosmologis, dan persoalan antropologis.
b.
Epistemologi
Berarti
ilmu tentang pengetahuan, mempelajari asala muasal / sumber, struktur, metode,
dan validitas pengetahuan, yang kesemuanya bisa dikembalikan untuk menjawab
pertanyaan : “Apa yang dapat saya ketahui?”.
c.
Logika
Berarti
ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus.
d.
Etika (Filsafat Moral)
Objek
material etika adalah perbuatan atau perilaku manusia secara sadar dan bebas.
e.
Estetika (Filsafat Keindahan)
Merupakan
kajian filsafat tentang keindahan.
II.
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
1.
Arti Istilah Definisi Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia ( The Liang Gie, 2004:61)
2.
Cakupan dan Permasalahan Filsafat Ilmu
Menurut
John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:
1.
Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-teori
ilmiah yang penting.
2.
Memaparkan praanggapan dan kecenderungan paera ilmuwan
3.
Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan
teori dari ilmu.
4.
Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.
Enam
problem atau permasalahan mendasar :
a.
problem-problem epistimologi tentang ilmu
b.
problem-problem metafisis tentang ilmu
c.
problem-problem metodologis tentang ilmu
d.
problem-problem logis tentang ilmu
e.
problem-problem etis tentang ilmu
f.
problem-problem estetis tentang ilmu
1.
Problem Epistemologi dan metodolog
Di
tengah maraknya kemajuan technoscience yang sangat spektakuler masalah landasan
epistemology dalam metodologis mempunyai kedudukan yang sentral dan strategis.
Auguste Comte dan Karl Raimund Popper adalah dua sosok filsuf besar. Auguste
hidup pada di abad ke-19 mengalami langsung revolusi Prancis dengan segala
akibatnya positivisme merupakan aliran produk pemikirannya kemudian diabad
ke-20 dikembangkan oleh kelompok Wina dengan aliran Neo-Positifime.
Sedangkan
Popper ialah filsuf konteporer. Falsifikasionisme merupakan aliran yang
dilahirnya sebagai jawaban atas problem-problem epistemology, filsafat, ilmu,
sosial, politik sejarah dan metodologi.
Dan
yang menjadi problem /permasalahannya disini ialah masalah perolehan
pengetahuan yang selanjutnya melahirkan aliran rasionalisme dan empirisme yang
pada gilirannya melahirkan aliran kritisme sebagai alternatif dan solusi
terhadap pertikaian dari dua aliran tersebut. Popper tampil diantara pertikaian
tersebut dengan aliran falsifikasionisme yang bertumpu diatas landasan
epistemology rasionalisme kritis dan empirisme-kritis.
Pendekatan
hubungan antara epistemology dengan metodologi tanpa bila dikaitkan dengan
pandangan protaguras. Yang menyatakan bahwa “didalam segala hal manusia adalah
menjadi tokoh ulur”. Epistemology oleh Popper dianggap sebagai teori ilmu
pengetahuan dan metodologi akan menentukan proses dan produk ilmiah konflik
metodologi akan tampak bila dikaitkan dengan jenis ilmu yakni natural-sciences,
ilmu sosial, ilmu budaya, dan lain-lain. Persoalannya adalah apakah ilmu-ilmu
sosial, budaya dapat menggunakan metode yang dipakai oleh ilmu pengetahuan
alam.
a)
Latar Belakang Pemikiran Karl Raimund Popper Dan Auguste Comte
Latar
belakang pemikiran Augustus ialah dipengaruhi oleh terjadinya perang revolusi
Prancis pada abad ke-19 yang dimana ia mengalaminya secara langsung
akibat-akibat dari revolusi tersebut. Terutama bidang-bidang sosial, ekonomi,
politik dan pendidikan. Pengalaman pahit yang dialaminya ini memotivasi dirinya
untuk memberikan alternatif dan solusi ilmiah filosofis.
Berbeda
dengan Popper yang hidup diabad ke-20 yakni abad yang diawali oleh konflik
sosial secara terbuka yaitu dengan terjadinya perang 1 dan 2. Namun dilihat
dari sudut pendidikan Popper lebih beruntung dibanding Auguste, karena ia dapat
mencapai jenjang tertinggi yakni Doktor dibanding filsafat. Namun keduanya
mempunyai kesukaan ilmu yang sama yakni MAT dan Fisika teoritis, hanya saja
Popper lebih menguasai secara mendalam ilmu pengetahuan alam modern.
b)
Falsifikasionisme Dan Positivisme
Dasar
pemikaran Auguste diperoleh secara inspiratif dan Saint Simon, Charles Darwin.
Kata rasional bagi Auguste terkait dengan masalah yang bersifat emperik dan
positif yakni bpengetahuan yang diperoleh melalui observasi, ekpermentas
komparasi, generalisasi karena itu maka bagi positifisme tuntutan utama adalah
pengetahuan factual yang dialami oleh subjek dan disini metode yang di gunakan
ialah “indukatif-verifikatif.
Sementara
Popper berpandangan bahwa rasion identik dengan kata intelektual yang tidak
bertentangan dengan irrasionalisme tetapi bertentangan dengan empirisme, karena
itu dalam arti luas Rasionalisme mencakup intelektual dan empirisme. Bentuk
metodologi yang ia pakai ialah “deduktif-falsifikatif dengan realisasi
metodologinya”.
Menurut
pandangan Popper Relatifisme sama sekali tidak mengakui bahwa manusia mampu
menangkap dan menyimpan kebenaran. Namun bagi manusia, kebenaran selalu
bersifat sementara karena selalu harus dihadapkan dengan pengujian. Ada sesuatu
yang ada dalam pemikiran Popper yakni adanya campakan terhadap metafisika,
justru ia mengakui kebenaran metafisika. Namun hal ini ditentang oleh Auguste
yang beranggapan bahwa metafisika sebagai omong -kosong.
menunjukkan kekuatan kelemahan pemikiran kedua
filsus tersebut,diantaranya latar belakang filsafat di mana mereka hidup yakni
akibat dari revolusi Prancis dan perang dunia petama dan kedua menumbuhkan
pemkiran mereka yang orisinal dan aktual sekaligus petunjuk kekuatan berfikir
merekaDari uraian di atas ada beberapa hal yang
Sedangkan
kelemahannya terbentuk pada teradisi berpikir filosof dimana setiap alternatif
dan sosial yang timbul setiap problem selalu menibulkan problem yang baru .maka
positifisme dan faksifikasionalisme merupakan karya berfikir menumental
orisinal dan actual kedau filsuf tersebut.
Kemampuan
Popper memunculkan problem dan kebenaran tentative sebagai esensi-subtansial
dalam dunia kefilsafatan dan keilmuan menunjukkan kekuatan berfikirnya
sekaligus kelemahannya yakni membuatnya terjebak dalam dunia Relativisme dan
begitu juga dengan Auguste Comte.
2.
Problem-problen Etika Ilmu Pengetahuan
Problem
etika ilmu pengetahuan disini yakni menyangkut bagaimana penerapan dari pada ilmu
pengetahuan dan teknologi apa yang seharusnya dikerjakan/tidak dikerjakan untuk
memperkokoh kedudukan dan martabat manusia. Dan disinilah tanggung jawab etis
bagi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi karena kedua hal tersebut
mempunyai pengaruh pada proses perkembangan.
3.
Problem-problem etis tentang ilmu
Adapun
persoalan atau problem dalam estetis ini antara lain:
-
Pengertian dari estetika
-
Munculnya teori-teori tentang estetika
-
Munculnya bagian-bagian baru dalam estetika
a.
Pengertian Estetika
Dalam
memberikan pengetian yang tepat tentang estetika disini memunculkan masalah
atau problem-problem dari pada filsuf, kerena mempunyai pendapat dan pandangan
yang berbeda. Bahkan perbandingan ini sudah sangat lama menjadi suatu masalah
yang memberikan jawaban-jawaban yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan dari
berlainannya sasaran yang dikemukakan.
Selain
persoalan atau problem-problem diatas, masalah lain yang menjadi problem dalam
filsafat ilmu adalah munculnya sikap-sikap pro dan kontra dari para tokoh-tokoh
terkemuka tarhadap ahli-ahli filusufi. Dan salah satu contohnya disini adalah
sikap pro dan kontra yang muncul dari tokoh-tokoh terhadap imam Al-Ghozali.
Memang mayoritas umat islam telah terbawa hanyaut oleh pandangan bahwa
al-gazali sebagai hujjatul islam. Namun sekarang al-gazali telah muncul
tokoh-tokoh yang telah mengkritik terhadap imam Al-Gazali antaranya :
-
Al-Alamah Abu Bakar at-Therthurusyi Almasik
-
Imam Abu Abdullah Al-Mazali al-Maliki
-
Imam Taqiyyuddin Ibnu Shalab
Masing-masing
dari mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang
Imam
Al-Ghazali.
Ke-6
problem filsafat ilmu versi The Liang Gie diatas memiliki keluasan dan
kedalaman yang mandiri, namun di kalangan pembelajar filsafat ilmu, pemilahan
problem-problem filsafat ilmu lebih diperas lagi kedalam tiga permasalahan :
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1.Ontologi
membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata
lain
merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Dasar ontologis
berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Berdasarkan objek
yang telah ditelaahnya, dapat disebut pengetahuan empiris, karena objeknya
adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup
seluruh aspek-aspek kehidupan yang diuji pancaindera manusia.
Persolan-persoalan yang dibahas antara lain : objek apa yang ditelaah ilmu? Apa
asumsi ilmu terhadap objek material dan formal suatu ilmu, dan apakah objek
tersebut bersifat psikis ataukah fisis? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan? (Jujun,
2002: 34).
1.Epistemologi
membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat
dalam
usaha untuk memperoleh pengetahuan. Epistemologi adalah suatu teori
pengetahuan. Kaitannya dengan filsafat ilmu, logika dan metodologi berperan
penting. Dalam epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan
alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan,
dan kebenaran. Epistemologi berkaitan pemilahan dan kesesuaian antara realisme
atas pengetahuan tentang proposisi, konsep-konsep, kepercayaan dengan realisme
tentang objek yang tersusun atas “objek real”, fenomena, pengalaman, data
indera dan sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 90). Logika dalam
arti landasan epistemologis ini berkisar pada persoalan penyimpulan yakni
proses penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih proposisi
yang diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu diyakini
terkandung dalam kebenaran proposisi yang belakang. Penyimpulan ini dengan
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang sah. Penyelidikan mengenai “cara-cara
memperoleh pengetahuan ilmiah: bersangkutan dengan susunan logik dan metodologik,
urutan serta
hubungan
antara berbagai langakah dalam penyelidikan ilmiah. Dalam hal metodologi,
filsafat ilmu mempersoalkan azas-azas serta alasan apa yang menyebabkan ilmu
dapat memperoleh predikat “pengetahuan ilmiah”. Fungsi metodologi adalah
menguji metode yang digunakan untuk menhasilkan pengetahuan yang valid, dengan
cara meletakkan prosedur yang dijustifikasi maknanya dengan argument filosofis.
Metodologi meletakkan aturan bagi proseur praktek ilmu. Metodologi adalah
praktek ilmu filsafat dan ilmu-ilmu adalah realisasi dari metodologi (Barry
Hindes, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 54-55). Persoalan- persoalan
yang dibahas antara lain : Bagaimana proses memungkinkan ditimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apakah yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu
sendiri? Apakah ktiterianya? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Jujun, 2002: 34).
2.Dasar
aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia
dari
pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan
kemudaan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam.
Permasalahan aksiologi terkait hakikat ilmu itu sendiri, yakni tentang
netralitas ilmu dalam hubungannya dengan penerapan praktis ilmu di masyarakat
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 90-91). Etika dan juga estetika merupakan
aspek penting dalam bahasan aksiologi ilmu yang terkait dengan tujuan dan
tanggung jawab ilmu terhadap masyarakat. Etika mengarahkan ilmu agar dapat
menguntungkan dan tidak mencelakakan manusia (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM,
2001: 55). Sedangkan estetika terkait pencarian ilmu terhadap keindahan
tersembunyi dari dunia (The Liang Gie, 2000: 84). Persoalan- persoalan yang
dibahas antara lain: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral dan
keteraturan? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral dan estesis? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/
professional? (Jujun, 2002: 35).
Ketiga
aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang melekat dalam keberadaan ilmu
pengetahuan, berkaitan satu sama lain dan tak terpisahkan. Ketiga aspek
merupakan dasar bagi eksistensi ilmu (Heri dan Listiyono, 2003: 11). Tiga aspek
disebutkan sebagai landasan penelaahan ilmu pengetahuan yang seperti apa yang
dikatakan Jujun S. Suriasumantri (2002: 35), menjadi pembeda antara pengetahuan
ilmiah dengan pengetahuan yang lain (seni, agama, filsafat). Suatu ilmu sah
dibenarkan sebagai ilmu apabila memiliki sifat atau ciri- ciri sebagai berikut
:
1.
Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan titik pusat perhatian
tertentu.
2.Bermetode,
yakni cara atau sistem dalam ilmu untuk memperoleh kebenaran agar rasional, terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3.Bersistem
: mencakup seluruh objek serta aspek-aspeknya sehingga saling berkaitan satu
sama lain.
4.Universal
: keputusan kebenarannya berorientasi sifat keumuman, bukan tunggal
(Peodjawijatna, 1991: 24-26).
5.Verifikatif
: dapat dilacak kebenarannya.
6.Rasional/
objektif : dapat dipahami dengan akal.
Filsafat
ilmu pada dasarnya menuntut jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan
berikut :
1.Karakteristik-karakteristik
apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari penyelidikan orang lain?
2.
Prosedur yang bagaimana yang patut diikuti para ilmuwan dalam menyelidiki alam?
3.
Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah
agar
menjadi benar?
4.
Status kognitif yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hokum-hukum
ilmiah?
(Conny, dkk, 1998: 44)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Istilah filsafat bisa dilacak etimologinya
dari istilah Arab falsafah, atau bahasa Inggris Philosophy yang berasal dari
bahasa Yunani, Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata : philen
(mencintai) dan sophos (bijaksana), atau juga philos (teman) dan Sophia (ke
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran / perenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/
teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan
rasional.bijaksanaan). Jadi filsafat adlah cinta akan kebijaksanaan.
Objek material filsafat adalah segala sesuatu
yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam tiga kategori : tipikal/
sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam kemungkinana, ada dalam pikran
atau konsep.
Objek formal filsafat adalah hakikat terdalam
/ substansi/ esensi/ intisari.
Problem-Problem
Filsafat Ilmu
Problem
menurut definisi A Cornelius Bejamin ialah “sutu-situasi praktis atau teoritis
yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai dan yang oleh
sebab itu memerlukan proses-proses refleksi”.
Banyak
sekali pendapat para filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa
saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang
lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat sebagai berikut.
1.
Dari Michel Berry
Filsafat
penulis ini mengemukakan dua problem yaitu:
a.
Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misal: ciri genetic
atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dunia
alamiah diluar pikiran kita?
b.
Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil imliah adalah benar
berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
2.
Dari B. Van Mrasen dan H. Margenau
Menurut
kedua ahli problem-problem utama dalam filsafat ilmu adalah:
a.
Metodologi
Yang
membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific
explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability
theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b.
Landasan Ilmu-ilmu
Dengan
melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan
landasan matematik.
c.
Ontologi
Permasalahan
utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang
kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas
teoritis.
3.
Dari Victor Lenzen
Filsuf
ini mengajukan dua problem:
a.
Struktu ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
b.
Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
4.
Dari JJC Smart
Filsuf
ini mengemukakan dua persoalan yaitu:
a.
Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu misalnya pola-pola perbincangan ilmiah,
langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan cara-cara
merumuskan konsep ilmiah.
b.
Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil
penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang manusia dan alam semesta.
5.
Dari Philip Wiener
Menurut
beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problema-problema yang menyangkut:
a.
Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu
b.
Saling hubungan diantara ilmu
c.
Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnyadari peradaban,
yaitu: kesusilaan, politik, seni dan agama.
Rincian
aneka ragam dari jenis problem-problem dalam lingkungan filsafat ilmu dari para
filsuf tampak masih agak simpang siur. Segenap problem ini perlu kiranya
dipilah-pilahkan dan disusun menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem
filsafat semuanya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: pengetahuan,
keberadaban, metode, penyimpulan, moralitas dan keindahan. Berdasarkan enam
sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi menjadi enam cabang
kelompok, yaitu epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai
apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori tentang
penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan).
DAFTAR
PUSTAKA
A.C. Ewing,P e r s o a l a n – P e r s o a l a
n M e n d a s a r F i l s a f a t . Jakarta:Pustaka Pelajar,2003. Terjemahan.
Jonar Situmorang, Filsafat Dalam Terang Iman
Kristen. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
Jujun S. Suriasumantri,F i l s a f a t I l m
u. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “FilsafatIlmu
Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara,Klaten, p.6-7, 9,
16, 35, 79.
Louis O. Kattsoff,P e n g a n t a r F i l s a
f a t. Yogayakarta: Tiara wacana, 1996. Terjemahan.
Qardhawi, Yusuf. 1997. Al-Ghazali Antam Pro
dan Kontra. Surabaya: Pustaka Progressif.
Surajiyo. 2005. ILMU FILSAFAT SUATU PENGANTAR.
Jakarta: PT.Bumi Aksara
Sastrapratedja,M., 1997., “Beberapa Aspek
Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Makalah, Disampaikan Pada Internship Filsafat
Ilmu Pengetahuan,UGM Yogyakarta 2-8 Januari 1997, p.2-3.
Soeparmo,A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan
Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, PenerbitAirlangga University Press, Surabaya,
The Liang Gie,P e n g a n ta r F ils a fa t I
lm u. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment