11/05/2013

SKRIPSI BIOLOGI : Kandungan Kadar Vitamin C Pada Jambu Biji Berdaging Buah Merah dan Manfaatnya Dalam Bidang Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
            Sehat menjadi sebuah kebutuhan . Kesehatan ádalah harta yang takternilai. Kenyataan ini mudah di mengerti mengingat begitu banyak hal yang bisa dilakukan dalam keadaan sehat dan sebaliknya begitu banyak hal akan tertinggal pada saat kita sakit.
Menurut Almatsier (2005 : 9 ) Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esencial adalah zat gizi yang harus di datangkan dari makanan. Bila di kelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mengatur proses tubuh.
            Makanan hasil tekhnologi biasanya telah mengalami berbagai proses pengawetan, penambahan cita rasa dan sebagainya. Cita rasa serta buah – buahan yang ditambahkan biasanya berupa zat – zat kimia buatan sehingga makanan tersebut sudah tidak alami lagi dan berisiko kekurangan/kehilangan kandungan vitamin dan zat gizi. Sehingga tubuh juga memerlukan asupan makanan dan vitamin alami bagi tubuh.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang di butuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, vitamin sangat mempengaruhi kesehatan tubuh. Defisiensi vitamin dapat menyebabkan penyakit bahkan difesiensi vitamin dalam jangka waktu dapat menyebabkan kematian. Vitamin ada yang dapat disintesis oleh tubuh dan ada pula yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Salah satu vitamin yang tidak dapat di síntesis oleh tubuh adalah vitamin C. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan vitamin C dalam tubuh perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C.
            Vitamin C adalah vitamin antiskorbut dijumpai dalam buah –buahan dan sayuran. Penting untuk perkembangan yang sehat bagi semua jaringan ikat, menambah kekebalan terhadap infeksi dan membantu penyembuhan luka dan fraktur (Syaifuddin, 2006:218). Dibandingkan buah – buahan lainnya seperti jeruk manis yang mempunyai kandungan C 49 mg /100 gram bahan , kandungan vitamin C jambu biji 2 kali lipat. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkosentrasi pada kulit dan daging luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C  mencapai puncaknya menjelang matang (Kumala ningsih, 2006 : 47). Tanaman jambu biji mengandung zat “psiditanin” dan minyak atsiri “eugenol” yang bermanfaat untuk pengobatan beberapa jenis penyakit (Haryoto. 1998 : 15).
            Saat ini, buah jambu biji telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan jumlah trombosit pada penderita  demam berdarah. Kemungkinan besar, hal ini disebabkan buah jambu biji berkhasiat untuk mengatasi hemostatis, antiradang dan antioksidan sehingga dapat menghentikan proses agregasi (pengumpulan) trombosis dan pendarahan yang terjadi, seperti mimisan, pendarahan kulit dan berak darah (http//jacksite.wordpress.com). Pada tahap awal penyakit dan tahap pemulihan, jambu biji bisa dikonsumsi untuk membantu mengatasi kekurangan cairan dan trombosit, serta meningkatkan daya tahan tubuh  (http//www.lintasberita.com).
            Sebagai bahan makanan, jambu biji sangat  membantu memenuhi kebutuhan vitamin C dalam tubuh. Sebagian besar masyarakat hanya mengkonsumsi  jambu biji sebagai buah – buahan saja. Jambu biji yang sering dikonsumsi adalah jambu biji berdaging buah putih dan jambu biji berdaging buah merah. Akan tetapi, pengetahuan masyarakat saat ini terdapat perbedaan kadar vitamin C pada kedua varietas jambu biji tersebut masih kurang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis berkeinginan mengadakan suatu penelitian untuk membuktikan kandungan kadar vitamin C pada jambu biji dan manfaatnya bagi kesehatan dengan mengangkat judul  Kandungan Kadar Vitamin C Pada Jambu Biji Berdaging Buah Merah dan Manfaatnya Dalam Bidang Kesehatan”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas timbullah suatu permasalahan  yaitu :
“ Bagaimanakah kandungan kadar vitamin C pada jambu biji berdaging buah merah dan apa manfaatnya bagi kesehatan?”
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan kadar vitamin C pada jambu biji berdaging buah merah dan manfaatnya bagi kesehatan.
1.4  Hipotesis
            Hipótesis dalam penelitian ini adalah kandungan kadar vitamin C pada jambu biji berdaging buah merah  yang memiliki kandungan kadar vitamin C lebih banyak serta sangat bermanfaat bagi kesehatan.
1.5  Ruang Lingkup Penelitian       
Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi yang mengkaji kadar vitamin C pada varietas jambu biji.
1.6  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat mengenai pemilihan jambu biji dengan kandungan vitamin tinggi sebagai salah satu alternatif makanan sehat, antioksidan dan pencegahan demam berdarah.








BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Jambu Biji (Psidium guajava. L )
2.1.1  Pengenalan Tanaman Jambu Biji
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Jambu biji ini bukan merupakan tanaman asli indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887 – 1942. Seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Australia. (Parimin,2005 : 11).
Jambu biji merupakan salah satu tanaman yang bernilai komoditas tinggi dan salah satu buah yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam bahasa inggris disebut Lambo guava. Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu “psidium” yang berarti delima, “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang spanyol. Jambu biji (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu batu, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Amerika Tengah dan sebagian sumber menyebut dari Brazil, buah ini disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu biji memiliki buah yang berwarna hijau (agak kekuningan jika telah matang) dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Diantara berbagai jenis buah, jambu biji mengandung vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin A. Tanaman ini mampu menghasilkan buah sepanjang tahun dan tahan terhadap beberapa hama dan penyakit.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
              Kingdom                   : Plantae
              Divisi                         : Magnoliophyta
              Class                          : Magnoliopsida                   
              Sub class                   : Rosidae
              Ordo                          : Myrtales
              Famili                        : Myrtaceae
              Genus                        : Psidium
              Spesies                      : Psidium guajava L (Dasuki, 1992 : 134)
Diperkirakan dari 150 jenis jambu biji yang dikenal, jenis Guajava psidium yang dipercaya mengandung nutrien antioksi dan dan  memiliki kemampuan terapis dan ditemukan di daerah tropis. Jambu biji yang umum dijumpai di Indonesia adalah jenis lokal dan bangkok  yang merupakan hasil persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang  lain.
2.1.2  Morfologi
            Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman perdu atau pohon kecil dan bercabang banyak, tinggi 3 – 10 meter. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40 tahun. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2 – 3 bulan meskipun ditanam dari biji. Batang yang berwarna pirang licin,  terkelupas, di antaranya berkayu keras, tidak mudah patah, kuat dan padat.Batang dan cabang – cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat atau cokelat keabu – abuan.  Batang yang muda (ujung – ujung ranting- ranting)  jelas bersegi empat. (Parimin, 2005 : 12).
Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Daun yang muda berambut abu-abu. Daun tunggal bertangkai pendek duduk daun berhadapan tetapi pada cabang-cabang tampak seperti tersusun dalam 2 baris. Bunga tersusun dengan anak payung yang terdiri atas 1-3 bunga dan terdapat dalam ketiak-ketiak daun. Kelopak bangun lonceng atau corong dengan tepi yang tetap, mahkota berwarna putih, lekas gugur. Benang sari banyak, warna seperti tangkai putih krem. Bakal buah tenggelam beruang 4-5. Buahnya buah buni yang bulat/seperti buah per, waktu muda hijau kalau masak kuning (krem) dengan daging buah yang kuning/krem pula atau merah muda. Aroma buah biasanya harum saat buah matang.  Berakar tunggang, berserabut cukup banyak dan tumbuh relatif cepat  Perakaran jambu biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang tahun. (Tjitrosoepomo, 2005 :223).
2.1.3 Jenis Jambu Biji
Menurut Parimin (2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Indonesia memiliki banyak koleksi jenis tanaman jambu biji atau dikenal dengan koleksi plasma nutfah jambu biji.  Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari masyarakat Indonesia dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya :
a.   Jambu Biji Biasa
Jambu jenis ini memiliki pohon tidak begitu tinggi dan terpendek dibandingkan dengan kedua jenis tanaman jambu biji lainnya. Buahnya bulat, warna daging buahnya merah, berbiji banyak, rasanya manis dan beraroma harum. Contohnya jambu kelutuk atau jambu biji lokal.
b.  Jambu susu
Jambu jenis ini umumnya memiliki pohon yang bertinggian sedang dan buahnya tidak sebanyak jambu kelutuk. Bentuk buahnya agak lonjong, daging buah bewarna putih kekuning – kuningan, berbiji sedikit, dan rasanya kurang manis.
c.   Jambu Sukun
Jambu jenis ini memiliki pohon yang tinggi dan tidak banyak bercabang. Tiap pohon tidak menghasilkan banyak buah, tetapi ukuran buahnya besar. Buahnya tidak berbiji, rasanya hambar dan daging buahnya bewarna putih kekuning – kuningan. Selain untuk dikonsumsi segar,buah jambu biji susu memiliki potensi untuk diolah menjadi sari buah, sirup, nectar, selai, jeli dan dodol.
 (Haryoto, 1998 : 12).
d.  Jambu biji merah getas
Jambu merah getas merupakan jambu biji hasil persilangan jambu biji pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal, berasa manis, harum, dan segar. Jambu biji ini tahan terhadap hama dan penyakit. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. Jambu ini banyak diminati karena selain rasanya lebih enak, ternyata dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita demam berdarah.
e.  Jambu biji bangkok
Jambu biji Bangkok memiliki ciri, antara lain buahnya berukuran besar dengan bobot 500-1.200 gram, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar. Jenis tanaman jambu biji bangkok termasuk pendek dan berbuah sangat lebat.
f.  Jambu pasar minggu
Jambu biji ini memiliki bentuk agak lonjong seperti alpukat dengan daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang.



2.1.4 Kandungan dan Manfaat Buah Jambu Biji
            Kandungan vitamin C pada jambu biji sanggup memenuhi kebutuhan harian anak berusia 13-20 tahun yang mencapai 80-100 mg per hari, atau kebutuhan vitamin C harian orang dewasa yang mencapai 70-75 mg per hari. Dengan demikian, sebutir jambu biji dengan berat 275 per buah dapat mencukupi kebutuhan harian akan vitamin C pada tiga orang dewasa atau anak-anak (Yuan, 2008).
            Tanaman jambu biji mengandung berbagai komponen yang hampir sama menyusun buah, daun batang, akar dan bunganya. Daunnya mengandung tanin, minyak atsiri (zat  avikulanin dan  guaiferin yang bersifat anti bakteri), asam ursalat, asam psidiolat, asam krotagolat, asam oleoanolat, asam  guajaverin, vitamin, garam mineral  dan  zat  samak  (psiditanin).
            Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol total dan triglisida darah. Menurut Dr. James Cerda dengan memakan jambu biji 0,5-1 kg/hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit jantung dapat berkurang sebesar 16% (Astawan, 2006).
            Jambu biji juga mengandung natrium sebesar 26 mg/100gram,yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh. Natriumlah yang sebagian besar mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari sel (Almatsier, 2004).
            Jambu biji juga kaya serat, khususnya pektin (serat larut air). Manfaat pektin antara lain menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh serta membantu mengeluarkannya (Yuan, 2008).
 Jambu biji memiliki potensi di bidang medis sebagai sumber senyawa antioksidan (vitamin C, vitamin E,  β-karoten, seng dan selenium) dan berperan sebagai  fitonutrien yang secara ilmiah dibuktikan melalui berbagai studi. Studi pengaruh konsumsi jambu  biji terhadap status oksidan dan profil lipid (total kolesterol, trigliserid, LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol) pada pemuda sehat, menunjukkan konsumsi jambu biji memperbaiki status oksidan dan profil  lipid. (http : //www.ristek.go.id).
Mengkonsumsi jambu biji dapat meningkatkan kesehatan jantung. Jambu biji sangat kaya akan serat (9 gram/cangkir) yang bekerja untuk mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian yang dilakukan Singh Medical Hospital and Research center Morrabad, India, menunjukkan jambu biji juga dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah serta tekanan darah penderita hipertensi esensial. Kandungan carotenoid dan likopen dalam jambu biji berguna sebagai alat pencegah penyakit kanker yang ampuh. Studi dari Harvard University, mengemukakan dari penelitian terhadap 48.000 laki-laki. Responden yang paling banyak menambahkan asupan likopen dalam menu diet mereka akan mengalami menurunan resiko kanker prostat sebanyak 45%.
            Disamping manfaat jambu biji untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta mencegah munculnya kangker, memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, meningkatkan kesehatan gusi, gigi dan pembuluh kapiler serta membantu penyerapan zat besi dan penyembuhan luka. Juga berkhasiat anti radang, anti diare, dan menghentikan pendarahan (Ditjen BPPHP Deptan, 2002).
Berikut ini adalah kandungan gizi jambu biji dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan
Kandungan
Jumlah
Kandungan
Jumlah
Energi
49,00 kal
Vitamin A
25 SI
Protein
0,90 gr
Vitamin B1
0,05 mg
Lemak
0,30 gr
Vitamin B2
0,04 mg
Karbohidrat
12,20 gr
Vitamin C
87,00 mg
Kalsium
14,00 mg
Niacin
1,10 mg
Fosfor
28,00 mg
Serat
5,60 gr
Zat Besi
1,10 mg
Air
86 gram
Bagian yang dapat dimakan
82 %

Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal.Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.Kandungan vitamin C per 100 gram jambu biji matang adalah 150,50 mg, matang optimal sebanyak 130,13 mg, dan lewat matang sebanyak 132,24 mg. Sementara kandungan gula atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36%, matang optimal 3,71%, sedangkan lewat matang sebanyak 1,84%. Selain itu jambu biji mengandung serat pektin (serat larut air), tanin, kalium, zat karotenoid, dan likopen terutama jambu biji berwarna merah (Parimin 2007).

2.2 Vitamin C
2.2.1  Sejarah Vitamin C
Penyakit scurvy telah dikenal sejak abad ke 15, yaitu penyakit yang banyak di derita oleh pelaut yang berlayar selama berbulan - bulan serta bertahan dengan makanan yang dikeringkan dan biskuit. Penyakit ini menyebabkan pucat, rasa lelah berkepanjangan dan diikuti oleh pendarahan gusi, pendarahan di bawah kulit, edema, tukak. dan pada akhirnya kematian.
Pada tahun 1750, Lind, seorang dokter dari Skotlandia menemukan bahwa scurvy dapat di cegah dan diobati dengan memakan jeruk. Baru pada tahun 1932 Szent-Gyorgy dan C. Glen King berhasil mengisolasi zat antiskorbut dari jaringan adrenal, jeruk, dan kol yang dinamakan vitamin C. Zat ini kemudian berhasil disintesis pada tahun 1933 oleh Haworth dan Hirst sebagai asam askorbat (Almatsier, 2005 : 185).
2.2.2 Sumber dan Fungsi  
Sumber vitamin c yang penting dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani pada umumnya tidak merupakan sumber yang kaya akan vitamin C (Kumalaningsih, 2006 : 35 ).
Vitamin C dapat membantu metabolisme protein, pembentukan jaringan kolagen, dan penyerapan zat besi (Sekarindah titi, 2006 : 6).
Vitamin C paling banyak ditemukan pada buah-buahan, seperti jambu biji, nanas, jeruk, tomat, mangga dan sirsak (Vitahealth, 2004 : 95).
Vitamin C sering digunakan untuk melindungi sel darah putih dari enzim yang dilepaskan saat dicerna bakteri yang telah ditelannya. Fungsi lain dari vitamin C adalah sebagai antioksidan, penghasil senyawa transmitter saraf dan hormon tertentu,membantu memperbaiki sel tubuh dan meningkatkan kerja enzim sebagai faktor penyerap dan pengguna zat gizi lainnya (Vitahealt, 2004 : 95 ).
Vitamin C dapat meningkatkan daya tahan tuuh terhadap infeksi, kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan. (Almatsier, 2005 : 190).
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan sel  darah dan pada pembentukan tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting pada respirasi jaringan (Pudjiadi, 2005 : 181).  
2.3.  Struktur Kimia
Vitamin C merupakan senyawa yang bersifat asam dan merupakan pereduksi yang kuat, vitamin mempunyai rumus molekul C6H8O6, berbentuk kristal putih tidak berwarna, tidak berbau. (Andarwulan, 1992 : 225).
Menurut proyeksi fisher rumus bangunan vitamin C digambar sebagai berikut :

Asam L  askorbat


O

C
           

C

C

H

HO

H

CH2OH

C

C

HO

HO
 







Asam askorbat (vitamin C ) adalah suatu turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar dari hewan (Almatsier, 2005 : 186).
Asam askorbat cukup mantap dalam larutan asam, tetapi dengan adanya cahaya akan terurai. Penguraian ini Sangat dipercepat bila ada oksigen, basa, tembaga , dan besi (Harris, 1989 :3)
Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin mudah dihancurkan oleh suhu tinggi dan media lindi, mudah teroksidasi oleh oksigen, udara atau sedikit tembaga.Vitamin C dapat dilarutkan dalam air dan mudah dihancurkan oleh suhu tinggi dan media lindi, mudah teroksidasi oleh oksigen udara atau sedikit tembaga. (Pudjiadi, 2005 : 180).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilakukan dilaboraturium FKIP Kimia Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan direncanakan akan dilaksanakan pada  tanggal 15 Januari sampai 22 Januari 2011.
3.2  Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara eksperimental dengan cara titrasi idiometri dengan 8 kali ulangan.
3.3    Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1        Alat
·         Blender
·         Gelas Kimia 100 ml
·         Gelas ukur 25 ml dan 250 ml
·         Timbangan Analitik
·         Alat Titrasi
·         Labu Erlenmeyer 25 ml
·         Pompa Vakum
·         Pipet Tetes

3.3.2         Bahan
·         Psidium guajava berdaging merah
·         Psidium guajava berdaging putih
·         Larutan iodium 0,07 N
·         Air suling
3.4    Objek Penelitian
     Penelitian ini menggunakan sampel jambu biji berdaging merah dan jambu biji berdaging putih.
3.5    Prosedur Penelitian
1.      Sampel ditimbang sebanyak 100 gram, dihaluskan dengan megggunakan blender.
2.      Dimasukkan kedalam gelas ukur, diencerkan dengan menambahkan air suling sehingga volume 250 ml.
3.      Kemudian disaring dengan menggunakan pompa vakum untuk memisahkan filtrate.
4.      Sebanyak 25 ml ( ) filtrate dipindahkan dengan pipet kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 2 ml amilum 1 %.
5.       Dilakukan titrasi dengan iodium 0.07 N ( ) hingga terbentuk warna biru muda.
6.      Setelah diperoleh volume iodium ( ) sebagai titik akhir titrasi, data tersebut ditabulasi.
7.      Kemudian dihitung konsentrasi vitamin C ( ) dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :


Keterangan :
 = konsentrasi vitamin C
  = volume iodium
 = konsentrasi iodium
 = volume vitamin C / volume filtrat (Hart, 1983 : 54)

8.      Selanjutnya dihitung berat kadar vitamin C dengan menggunakan  rumus :

mg = BE x N x V

3.6     Parameter
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar vitamin C pada sampel.

3.7  Metode Pengolahan Data
            Setelah semua data  terkumpul, kemudian data tersebut diolah untuk menguji hipotesis yang telah di rumuskan. Statistik yang digunakan adalah uji-t dengan rumus sebagai berikut :

dimana :

Keterangan :
t           = t- hitung
        = nilai rata – rata sample 1
        = nilai rata – rata sampel 2
      = varians sampel 1
      = varians sampel 2
        = jumlah ulangan sample 1
        = jumlah ulangan sample 2
S          = standar deviasi gabungan dari kedua sample (Sudjana, 2005 : 239)

            Untuk menerima atau menolak hipótesis (Ha) digunakan taraf uji 0.05 dengan bantuan jika t  hitung lebih ≥ t tabel, maka hipótesis (Ha) diterima, sebaliknya jika t  hitung ≤ t tabel, mka hipótesis alternative (Ha) ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N. 1992. Kimia Vitamin. Jakarta : Rajawali.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dasuki, U. A. 1992. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Harris R. S. Dkk. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung : ITB.
Haryoto. 1998. Sirup Jambu Biji. Yogyakarta : Kanisius.
Kartasapoetra. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Rineka Cipta.
Muhlisah, F. 2006. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Syaifuddin. 2006. Anatomo Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat – obatan. Yogyakarta : UGM.

Vitahealth. 2004. Seluk – Beluk Food Suplemen. Jakarta : PT. Gramedia.
Winarno. 2005. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : Gramedia. 
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : Rajawali Sport.
Rismunandar. 1983. Membudayakan Tanaman Buah- buahan. Bandung : Sinar Baru.

Saptarini N, 1989. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sekarindah Titi, 2006. Terapi Jus Buah Dan Sayur. Jakarta : Puspa Swara.
Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tohir K, 1983. Bercocok Tanam Buah – buahan. Jakarta : Pradnya Pramita.
 Pracaya, 2005. Bertanam Jambu Biji. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sunaryono, 1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-buahan dan Bercocok Tanam  Buah-buahan Penting di Indonesia. Bandung : C.V. Sinar Baru.

Rita, Y. 2005. Analisis Kandungan Vitamin C dan B Pada Susu Kedelai Yang Diproduksi Di Ie Masen Kayee Adang Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh.

Parimin,S. P. 2005.  Jambu Biji :  Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta :  Penebar Swadaya.






0 comments:

Post a Comment