Hubungan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia
Prasekolah Gampong Lampeunurut Aceh Besar
Oleh
:
EKA
FITRIA NINGSIH
1111080106
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH
BANDA
ACEH
2012
ABSTRACT
The
golden age of child development happens at preschool age in which 80% of the
cognitive development is reached at this time. The child cognitive development
must be stimulated in order to optimize the development. An effective early
childhood education is very useful to build child cognitive development structure.
The purpose of this research was to know the correlation between early childhood
education with cognitive development of the preschool aged children Village
Lampeunurut Aceh Besar. The method of this research was quantitative with cross
sectional approach April 2012 in
Tinjomoyo Village Lampeunurut Aceh Besar. The correlation between early
childhood education with cognitive development of preschool aged children was
analyzed by chi square correlational test. The result of this research showed
that there was a significant correlation between early childhood education with
cognitive development of preschool aged children with p value=0.000. The early
childhood education determines cognitive development of preschool aged
children. So that, it is important for parents to know about the important role
of the early childhood education for their child development.
Keywords
: early childhood education, cognitive development, preschool aged children
ABSTRAK
Masa
emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia prasekolah dimana 80%
perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak
harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. PAUD yang efektif
sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah Gampong Lampeunurut Aceh Besar. Metode
Penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
yang dilakukan terhadap 54 responden pada periode April 2012 Gampong
Lampeunurut Aceh Besar. Hubungan Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dengan perkembangan
kognitif anak usia prasekolah dianalisis dengan menggunakan chisquare
corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia
prasekolah (p value=0,000). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menentukan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Penting bagi orang tua mengetahui
pentingnya peranan PAUD bagi perkembangan anak.
Kata
Kunci : Pendidikan Anak Usia Dini, Perkembangan Kognitif, Anak usia prasekolah
PENDAHULUAN
Sejak lahir sampai usia 3 tahun
anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap
pengalamanpengalaman Melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai
kirakira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk
mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakapcakap) (Theo & Martin, 2004).
Hasil studi dibidang neurologi
mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50%
ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100%
ketika anak berusia 18 tahun (Osborn, White, dan Bloom). Studi tersebut makin
menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau
masa emas (golden age) pada anak – anak usia dini. Masa emas perkembangan anak
yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disiasiakan. Hal itu yang
memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang dimulai
setelah usia SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini
supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) (martini, 2006).
Pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini, pendidikan usia dini
baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia. Hasil pendataan Depdiknas
pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 06 tahun yang mendapat
pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara mereka, yakni 2,6 juta,
mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih
awal. Sebanyak 2,5 juta anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB),
2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal, dan sekitar 100.000 anak
di kelompok bermain (play group).
Rasio jumlah lembaga pendidikan
dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal
kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh
dibawah usia sekolah (Enung, 2006). Hal tersebut merupakan suatu masalah yang
perlu mendapatkan perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui
pentingnya pendidikan anak usia bagi perkembangan kognitif anak. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan keikutsertaan anak usia prasekolah
dalam program PAUD dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah serta untuk
mengetahui hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan
kognitif anak usia prasekolah.manfaat dari penelitian ini adalah untuk
memberikan masukan bagi pendidik PAUD untuk meningkatkan mutu pendidikan
sehingga metode yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan anak,
memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikutsertakan anak
dalam program PAUD untuk merangsang perkembangan kognitif anak serta memberikan
informasi bagi perawat untuk dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan pada
komunitas PAUD.
BAHAN DAN CARA
KERJA
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian
ini dilakukan Gampong Lampeunurut Aceh Besar. Total Jumlah anak yang berusia 34
tahun adalah 115 anak. penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian tes
IQ pada 54 anak. Pengumpulan data untuk tiap variabel menggunakan tes IQ dan
lembar pertanyaan yang berisi 4 pertanyaan kareketristik responden. Tes IQ
berisi 27 pertanyaan yang disertai dengan gambar. Analisis yang dilakukan untuk
melihat hubungan dua variabel penelitian dengan menggunakan uji Chi Square
dimana dengan membandingkan p value dengan tingkat kesalahan (alpha ) yang
digunakan yaitu 5 % atau 0,05.
HASIL PENELITIAN
Responden yang mempunyai usia
3,54 tahun yaitu sebanyak 29 anak (53,7%). Responden yang mempunyai usia 33,5 tahun
sebanyak 25 anak (46,3 %). Sebanyak 27 anak (50 %) mempunyai jenis kelamin lakilaki
dan 27 anak (50 %) mempunyai jenis kelamin perempuan. Sebagian besar responden
berasal dari suku jawa yaitu 49 anak (90,7%), 3 responden (5,6%) berasal dari
suku sunda dan sisanya 2 responden (3,7%) berasal dari suku bangsa lainnya. Hasil
penelitian keikutsertaan PAUD menunujukkan sebanyak sebanyak 25 responden
(46,3%) tidak mengikuti PAUD dan sebanyak 29 responden (53,7%) mengikuti PAUD. Hasil
dari penelitian tes IQ menunujukkan sebanyak 6 responden (11,1%) mempunyai IQ
low normal, sebanyak 32 responden (59,3%) mempunyai IQ everage, sebanyak 13
responden (24,1%) mempunyai IQ high everage, dan 3 responden (5,6%) mempunyai
IQ superior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden yang memiliki
IQ superior mengikuti program PAUD dan semua responden yang memiliki IQ diatas ratarata(
high everage) mengikuti program PAUD. Sebanyak 13 responden (40,6%) dari 32
responden yang memiliki IQ ratarata (everage) mengikuti program PAUD dan 19
responden lainnya (59,4%) tidak mengikuti program PAUD. Semua responden yang
memiliki IQ dibawah ratarata (low normal) tidak mengikuti PAUD. Uji analisa
secara statistik hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan
kognitif anak usia prasekolah menggunakan uji Chi Square dengan tingkat
kesalahan (alpha) 0,05, diperoleh hasil yang signifikan (p=0,000) yang berarti
p value< 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.
PEMBAHASAN
Dari 54 responden yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 27 anak (50% ) dan yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak
27 anak (50%). Laki- laki dan perempuan menunjukkan pola skor yang berbeda pada
pengukuran intelegensi konvensional oleh karena itu ada anggapan dari para ahli
bahwa masalah perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan dalam melakukan
interpretasi tes IQ. Secara umum perempuan cenderung menunjukkan skor yang
lebih tinggi dari pada laki-laki dalam hal: pengucapan kata atau fonologis,
informasi semantik dalam ingatan jangka panjang, komprehensi, gerakan motorik
halus, dan kecepatan persepsi. Laki - laki cenderung menunjukkan skor lebih
tinggi dari pada perempuan dalam hal: transformasi visual, gerakan motorik yang
terarah pada sasaran tertentu, spasial dan fluid reasoning (Raden, 1999). Hasil
penelitian tentang umur responden didapatkan bahwa sebanyak 25 responden
(46,3%) memiliki umur 33,5 tahun dan sebanyak 29 responden (53,7%) memiliki
umur 3,54 tahun. Perkembangan tingkat kognitif atau taraf intelegensi seseorang
sangat pesat pada usia prasekolah dan mulai menetap pada akhir masa remaja.
Taraf intelegensi tidak mengalami penurunan, hanya penerapannya saja yang
berbeda hal ini dikarenakan pada usia diatas 65 tahun kemampuan alat indera
mengalami penurunan (Raden, 1999). Hasil penelitian suku bangsa menunjukkan
bahwa sebanyak 49 responden (90,7%) dari jawa, sebanyak 3 responden (5,6%) dari
sunda, dan sebanyak 2 responden (3,7%) dari suku lainnya. Kelompok budaya yang
berbeda menunjukkan profil intelegensi atau kecerdasan yang berbeda pula.
Beberapa butir pertanyaan atau persoalan yang diajukan dalam pengukuran
intelegensi atau kecerdasan terkait secara khusus dengan budaya tertentu
sehingga jika subjek yang dievaluasi tidak terbiasa dengan budaya tersebut,
maka butir pertanyaan yang diajukan kepadanya terkesan asing dan tidak dapat
menjawab. Jika subjek terlalu asing dengan beberapa butir persoalan yang
diajukan, hasil pengukuran dapat saja menunjukkan skor yang rendah (Raden,
1999). Sebanyak 29 responden (53,7%) mengikuti program PAUD hal ini dikerenakan
banyak alasan yang mendasari orang tua mengikutsertakan anak dalam PAUD. Salah
satunya adalah kesibukan orangtua dalam bekerja sehingga orang tua tidak mampu
memenuhi kebutuhan anak akan informasi dan pembelajaran.
Selain itu, alasan orangtua
mengikutsertakan anak dalam PAUD antara lain : menambah kemampuan sosialisasi
anak, mendapatkan sarana bermain yang lebih lengkap dan edukatif baik untuk
kemampuan kognitif, motorik, ataupun pendidikan budi pekerti yang baik. Sebanyak
25 responden (46,3%) tidak mengikuti program PAUD, masih banyaknya orang tua
yang tidak mengikutsertakan anaknya dalam program PAUD dikarenakan adanya
anggapan bahwa anak berusia 3 tahun atau kurang masih perlu memusatkan
kegiatannya di rumah dengan orangtua dan keluarga lainnya. Selain itu, anak
dibawah usia 4 tahun belum dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk.
Anggapan seperti ini membuat orangtua takut membaurkan anaknya terlalu dalam
dengan orangorang yang baru dikenalnya, karena takut terpengaruh dengan halhal yang
buruk. Masih banyaknya jumlah responden yang tidak mengikuti PAUD dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua untuk mengikutsertakan anaknya dalam
program PAUD masih kurang. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua
untuk mengikutsertakan anaknya dalam program PAUD antara lain tingkat
pengetahuan, kepribadian, sikap, citacita, lingkungan, kemampuan ekonomi, dsb. Perkembangan
Kognitif pada penelitian ini dinyatakan dengan skor IQ, dimana skor IQ ini
merupakan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan kognitif atau taraf
intelegensi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6 responden
(11,1%) mempunyai IQ low normal, 32 responden (59,3%) mempunyai IQ everage, 13
responden (24,1%) mempunyai IQ high everage, 3 responden (5,6% ) mempunyai IQ
superior. Banyak faktor yang mempengaruhi taraf perkembangan intelegensi atau
kognitif seseorang adalah faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Berdasarkan beberapa penelitian
menunjukkkan bahwa peranan faktor hereditas terhadap perkembangan kognitif atau
intelegensi seseorang terutama karena adanya rangkaian hubungan antara
pertalian keluarga dengan ukuran IQ. Sebagaimana hasil penelitian dari
Erlenmeyer Kimling dan Jarvik, 1963, bahwa umumnya individu yang mempuanyai
hubungan keluarga cenderung mempunyai IQ relatif sama atau similar. Riset lain
yang dilakukan oleh Jenks, 1972 dan Munsinger,1978 menyimpulkan bahwa IQ anak
lebih similar dengan IQ orang tuanya. Selain faktor hereditas, taraf
intelegensi atau kognitif seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tingkat
kognitif atau intelegensi seseorang sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan. Banyak studi maupun penelitian
yang mendukung bahwa factor lingkungan mempengaruhi tingkat kognitif atau
intelegensi seseorang. Sebagai contoh dalam penelitian Kamin,1978, anakanak angkat
yang hidup dalam lingkungan yang baik mengalami peningkatan IQ sampai 5 poin,
sedangkan anakanak angkat yang hidup dalam lingkungan kurang baik tidak
mengalami peningkatan taraf intelegensi. Selain dipengaruhi oleh faktor
hereditas dan lingkungan, tingkat kognitif atau taraf intelegensi juga
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi (Monty
& Fidelis, 2006) . Berdasarkan analisa dengan uji statistik chisquare didapatkan
hasil bahwa semua responden yang memiliki IQ superior mengikuti program PAUD
dan semua responden yang memiliki IQ diatas ratarata( high everage) mengikuti
program PAUD. Didapatkan nilai x2 sebesar 22,95 dan p value lebih kecil dari
0,05 yaitu sebesar 0.000 sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif
anak usia prasekolah.
Hal ini sesuai dengan pendapat
para tokoh bahwa PAUD sangat efektif dalam membangun struktur kognitif anak
(Martini, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 anak yang
mengikuti program PAUD memiliki skor IQ superior dan 13 anak memiliki skor IQ
diatas ratarata hal ini karena pendidikan anak usia dini membentuk dan
mengembangkan jiwa eksploratif, kreatif dan kepribadian yang integral yang
penting bagi pembentukan struktur kognitif atau kecerdasan (Enung, 2006). Pelaksanaan
PAUD yang efektif sangat bermanfaat bagi perkembangan struktur kognitif anak,
yaitu melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman
langsung dari berbagi aktivitas pembelajaran yang sesuai. Pelaksanaan PAUD yang
efektif juga bermanfaat bagi pengembangan dasar – dasar pengetahuan alam atau
metematika dan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis. Selain itu
pelaksanaan PAUD yang efektif juga dapat memotivasi anak untuk memikirkan dan
mengemukakan jawaban yang benar terhadap suatu konflik. Pendidikan anak usia
dini juga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya (Theo & Martin, 2004). Pada
penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa terdapat 6 anak yang tidak mengikuti
program PAUD menunjukkan skor IQ dibawah ratarata hal itu karena di dalam
perkembangan anak terdapat masa kritis, begitu juga pada perkembangan kognitifnya,
dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar dapat berkembang
optimal. Sehingga jika pada masa kritis, rangsangan/stimulasi tersebut tidak
diberikan maka besar kemungkinan tugastugas perkembangan kognitif tidak dapat
dicapai secara optimal atau bahkan mengalami keterlambatan (Martini, 2006).
KESIMPULAN
Dari penelitian ini diperoleh
gambaran bahwa peringkat yang paling tinggi adalah anak dengan kategori usia
tiga setengah tahun sampai empat tahun. Kategori jenis kelamin, sama antara
perempuan dengan lakilaki.
Kategori suku bangsa yang paling
tinggi adalah suku jawa. Peringkat jumlah responden yang paling tinggi adalah
skor IQ everage (ratarata), peringkat yang kedua adalah IQ high everage (diatas
ratarata), selanjutnya adalah IQ low normal (di bawah ratarata), dan peringkat
jumlah responden yang paling rendah adalah IQ superior (cerdas). Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan
kognitif anak usia prasekolah Gampong Lampeunurut Aceh Besar
SARAN
Orang tua dan keluarga hendaknya
mampu meningkatkan pemahamannya tentang pentingnya PAUD bagi perkembangan anak
sehingga orang tua termotivasi untuk mengikutsertakan anak dalam program PAUD.
Bagi tenaga pendidik PAUD, hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelaksanaan PAUD melalui program beasiswa atau tugas belajar bagi para guru
PAUD, symposium, seminar, pelatihan, dan pengkajian bukubuku baru. Bagi
pemerintah hendaknya meningkatkan kebijakankebijakannya di bidang PAUD antara
lain bias dilakukan dengan memfasilitasi implementasi PAUD dilapangan melalui stimulasi dana rintisan program dan dukungan
kelembagaan, meningkatkan jumlah pengiriman berbagai acuan dan bulletin
dukungan, alat permainan edukatif, workshop PAUD, pertemuanpertemuan konsultatif
serta monitoring dan supervise sampai ke pelosokpelosok daerah. Bagi kader kesehatan hendaknya dapat mengembangkan
program PAUD masyarakat. Bagi perawat dapat mengimplementasikan ilmu
keperawatan pada komunitas PAUD.
DAFTAR RUJUKAN
Enung,
F. Psikologi perkembangan : perkembangan Peserta didik. 2006. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Martini,
J. Perkembangan Pengembangan Anak Usia Taman KanakKanak: pedoman bagi orang tua
dan guru. 2006. Jakarta: PT Grasindo.
Monty
P. & Fidelis. Mendidik Kecerdasan, Pedoman Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam
Mendidik Anak Cerdas. 2003. Jakarta: Pustaka Popular Obor
Raden
C.P. Perkembangan Intelegensi Anak. 1999. Bandung: Angkasa.
Theo,
R & Martin, H. Pendidikan Anak usia dini: tuntunan psikologis dan pedagogis
bagi pendidik dan orang tua. 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. pendidikan
usia dini. Diakses tanggal 2 januari. Harian sore Sinar Harapan. Pendidikan usia
dini harus diprioritaskan. Rabu 27 april 2005.
http://www.wikipedia.com/ pendidikan usia dini. Diakses
tanggal 30 desember.
http//www.google.com//
Webmaster, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, diakses tanggal 10 Januari
2009
jam 07.00, www.eldiinacenter.com
.
0 comments:
Post a Comment