Aku Menatap Pada Mubes VIII Himabsi USM
Oleh : Junaidi Zainal Arsyah (Memoar)
Suara nyamuk yang mengiang di telinga tidak aku pedulikan, nafsuku kian memuncak. Lafal-lafal bait puisi itu terus saja aku baca dan kusesuaikan bersama suara arasemen musik pilu dari “Ubit”. Walaupun sedikit ada yang menceloteh atas usaha latihanku yang terlanjur sibuk itu, tidak apa-apalah. Sebab, mereka adalah kawan-kawan sekamar pada tempat tinggalku, maka pantas mereka kerap mengolok-olok kadang.
Ya, sekedar untuk guyon dan canda, tetapi kadang-kadang aku sesekali juga menanggapinya dengan serius, sebab di saat aku serius malah mereka sibuk dan ribut. Dan, aku maklum mereka kadang kurang memahami apa itu sastra, mungkin mereka lebih fokus dan serius kepada ilmu matematika dan ilmu numerik lainnya. Tapi biarlah mereka, aku tetaplah aku yang terus berusaha untuk memberikan yang terbaik buat teman-temanku di kampus nanti. Malam ini sampai pukul 01.00 Wib dini hari, masih saja mulutku berkomat-kamit, handseat tertanam lengket di telinga mendengar arasemen musik “Ubit”, mata terus pula mengeja pada kertas putih lembar puisi karyaku sendiri itu dengan judul “Nanggroe-Ku”.
Ini adalah malam terakhirku berlatih mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Esok adalah hari Mubes ke VIII Himabsi USM, organisasi yang selalu memayungi kami anak Bahasa dan Sastra Indonesia dalam suka maupun duka di kampusku selama ini. Aku yang sudah dipercayakan sebagai MPO (penasehat) dan beberapa teman yang lain dalam organisasi ini, selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik semampuku. Bahkan malam ini adalah sesi terakhir aku melatih diri untuk persiapan esok pagi.
Segala persiapan pada malam ini telah aku coba rampungkan dengan semaksimal mungkin. Baju oblong merah pekat bergambar naga dan bertuliskan 2012 milik Fadhlan, teman sekamar denganku telah kupinjamkan. Sal berwarna kecoklatan dan bergaris merah putih serta bergambar rantai milik Nana teman dalam ruang kelasku juga telah kudapati. Tak lupa pula untuk menyemangatiku esok hari, Aku turut mengundang teman akrabku itu sekaligus teman sekamar kos yang kuliah di Universitas Ubuduyiah Banda Aceh, yaitu Fadhlan Mursal serta adik kandungku yang kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Aceh, Safrijal namanya. Satu lagi yang menjadi undanganku untuk esok adalah gadis mungil bermata sayu Farra, begitu panggilannya. Malam ini sengaja Aku menelfon Farra, agar sudi kiranya untuk hadir di acara esok hari, karena akhir-akhir ini Farra lah yang menjadi teman wanita akrabku, banyak yang telah kuceritakan tentangku pada dia. Gadis ini begitu paham akan setiap masalah yang aku bagikan itu, bahkan dari setiap ada masalah akhir-akhir ini, dia selalu mencari dan menberikan solusi terbaik buatku. Oleh sebab itu, tidak salah pula harapanku dengan merengek-rengek kepada dia malam itu agar sudi kiranya Ia mesti datang di acara besok. Setidaknya, dengan kehadirannya besok, sedikit akan memberikan semangat untukku. Pantas saja Aku berharap. Sebab, iming-iming syahdu rindu akan persembahan energik puisiku esok pagi adalah cita-citaku. Dan harapan itu juga akan kubawa kepada alunan mimpi yang mengantar pelukan sejuta ulam impian tidurku malam ini. Malam ini tidurku agak telat, tetapi tidak apa-apalah, walaupun hanya dalam waktu yang kurang dari cukup untuk istirahat, tetapi aku merasa puas. Pagi-pagi sekali, mentari di ufuk timur menyeruak mengintip pulas kehidupan yang mulai berdenyut, merangkul kembali menyapa sejuknya fajar shubuh. Dalam doa shubuh kali ini, sempat aku memohon pada Rabb, mudah-mudahan usaha penampilanku hari ini berjalan dengan baik dan lancar (Amin). Hari ini, aku datang ke Aula RKU Kampus, memang jauh berbeda dengan penampilan hari-hari biasa. Bahkan, banyak teman-teman yang terheran-heran dengan penampilanku pagi ini, Sebab, wajar saja mereka berpikir demikian, karena aku yang kerap tampil dengan penampilan necis pada momen-momen penting seperti ini, dengan sering memakai kemeja lengan panjang, celana kain, dan sepatu hitam mengkilat, serta sering dipercayakan sebagai pembuka acara (pembacaan ayat suci Alquran) dan penutup acara (pembacaan doa). Malah kali ini berubah 180 derajat, menjadi seorang momok liar dengan rambut acak-acakan, bulu-bulu halus di bawah dagupun kubiarkan saja tumbuh, berbaju oblong merah, terikat sal di leher, dan memakai celana jeans membuatku jauh berbeda dan sulit untuk mereka percaya bahwa ini adalah Junaidi Zainal Arsyah. Bahkan, yang lebih terheran-heran lagi dengan penampilan dan kostumku itu adalah teman-teman undangan dari KBM USM yang tidak pernah tinggal dari setiap ada acara dan momen yang kami adakan. Mereka terperangah, setengah-setengah bagai tidak percaya. Tapi, inilah seni dari seorang pemilik sastra, dia harus mampu menyesuaikan diri dalam setiap tuntutan dan dekapan waktu. Bismillahirrahmaanirrahim. Pagi yang cerah ini (Sabtu, 1 Desember 2012), yang menjadi pembuka acara Mubes Himabsi ke VIII kali ini adalah adinda kami Miswar dengan melantunkan beberapa ayat suci Alquran untuk memberkati acara kami. Kami semua kushuk dalam lantunan ayat suci yang di bacakan oleh Adinda Miswar. Di jejeran paling depan para tamu yang hadir terlihat Ibunda Ismawirna, M.Pd, mewakili dari Bapak ketua Prodi yang tidak bisa hadir sebab sedang ada perihal urusan akademik ke Malayasia. Juga ada teman-teman undangan KBM USM, syukur acara kami terasa lengkap sudah atas kehadiran mereka walaupun hanya dengan menu alakadar berupa kue kotak dan pajangan buah-buahan, serta aqua botol sedang. Dan, patut kusyukuri juga, ternyata kawan akrabku Fadhlan Mursal datang, Adik Safrijal juga datang, dan si gadis Farra berparas lugu juga ikut memenuhi undanganku (terima kasih kawanku, adikku, dan dian pelitaku Dek Farra, terima kasih kalian telah mau datang ke tempat kami yang sederhana ini). Semua kami larut dalam sayu syahdu kalam Ilahi. Aku tersudut layu pada urutan bangku paling belakang di antara penuh sesak para undangan. Menitik pada pasrah beku keheningan merdu desah nafas kalam lantunan adinda Miswar, menyerah diri kami. Agenda kedua dari acara, adalah Tarian dari putroe-putroe mungil dengan seribu corak gerak dan warna paduan biru dan merah jambu dengan sanggul yang menghimpun pesona, yaitu Sanggar Kreatif BSI binaan kedua Himabsi USM. Pantas kami katakan demikian, karena pada pembentukan awal pertama pemilihan pengurus periode 2011-2012 di bawah Ketum Kanda Agusliandi yang akan berakhir hari ini, berkat usaha keras beliau, serta teman-teman tersebut ternyata telah melahirkan dua generasi Sanggar Tari BSI Kreatif dalam satu dekade, yakni Sanggar Tari BSI Kreatif senior dan Sanggar Tari BSI Kreatif junior. Para panitia lebih memilih penampilan Sanggar Tari BSI Kreatif junior kali ini, untuk kakak-kakak Sanggar BSI Kreatif senior pun sangat mendukung pilihan ini, sebab ini adalah momen pertama para junior-junior mungil dan ayu ini untuk melampiaskan hasrat menggapai impian yang telah mereka latih dan cita-citakan selama ini. Maka dengan sejuta senyum anggun dan ceria mereka mengelok paras dan gerak pada latar panggung bercorak hijau dan temaram kuning. Nikmatilah anak muda!!! Lenggak-lenggok gemulai molek, lentuk tubuh yang naik-turun, mengalun dalam maju-mundur menyuguhkan pesona meriak pada setiap gerak. Deru-desah musik Siti Nurhaliza dalam lantunan “Nirmala” adalah penggiring gerak meriak para putroe-putroe titisan Laksamana Malahayati ini yang kemudian diaduk dengan sorak-sorai tepukan aplaus para penikmat seni menggelegar membahana seisi RKU. Puaslah kami, terima kasih adinda-adinda tercinta. Kali ini, giliran nafas Junaidi Zainal Arsyah yang terengah bagai gemuruh menumbuk, andrelinnya naik tajam, sorot matanya ingin menerkam. Ya pantaslah demikian, sebab Aku si Junaidi Zainal Arsyah itu, akan segera membacakan puisi yang telah menjadi teman lampion beberapa malam terakhir ini, tentunya merupakan menu yang segera ingin kutuangkan kepada seribu mata negeri yang sedang terperangah pada selip menduduk dalam penungguan, kali ini adalah milik penikmat sastra, hehehe. Si mungil adinda Nasrah sebagai MC kami ketika itu, menyebut namaku Kanda Zainal Arsyah, ada yang tertinggal sedikit loh dari simbol suguhan pemberian Ayah Ibuku itu, tetapi tidak apalah, untuk kali ini bisa kumaafkan (). Kuambil ancang-ancang tepat di tengah-tengah panggung, wajahku acak-acakan dengan sejuta pesan, mulutku mengumbar dengan segunung gaung, gerakku memati dalam setiap angan berharap, bahkan suara arasemen musik dari “Ubit” kian membalut kental aroma suasana menjadi mencekam. Gemetar jiwaku! Wahai... Nikmatilah puisi jalang karya usangku, kusuguhkan kali ini, hanya sekali!!! Nanggröe-Ku (Sebuah Catatan Mati ketika Konflik Aceh) Karya : Junaidi Zainal Arsyah Aku terlahir pada tanah merah darah Terpasung dalam seribu gundah Aku merangkak antara desing peluru Memburu dalam setiap gerak melawan Aku berdiri pada tonggak yang patah Tergelang rantai cerita perang Aku berlari pada senja negeri yang hampir mati Terbuang cinta dicengkeram agresi Aku terkubur pada monumen kekerasan dan penindasan Sumur tua, semak rimba ruang jasad Aku hilang jati, Terpaku jejak di padang siri Pada Negeri setengah mati tertumbuk gagang besi Tanöh... Nanggröe... Kupinjamkan sisa abadi masa lampau Biar mereka tahu, Kita adalah puncak pada tugu ikon Bangsa Yang menjulang di antara kerdip gemerlap Ibukota. Tanöh Pidie, Juli 2000 Inilah aku, si Junaidi Zainal Arsyah. Lelaki biasa, tetapi akan mengganas pada momen-momen tertentu. Aku bukanlah mantan kombatan GAM dan bukan pula Aktivis, tetapi aku adalah salah satu dari berpuluh juta suara si penghuni rumah kami dalam himpun mengais ilmu, yakni mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia. Tepuk tangan para penikmat saking bertambah menggema kali ini. Sampai-sampai sejuta pesan seakan telah puas kusampaikan kepada mereka pada sebuah waktu dalam durasi yang lumayan hemat ini. Tak sia-sia, tak terbuang semua harapan, terkabulkan semua apa yang telah kupersiapkan dengan begitu matang tempo hari. Puji syukur Alhmdulillah ya Rabb. Rangkaian agenda acara kami masih begitu banyak hari ini, dilanjutkan dengan kata sambutan dan permohonan maaf dari mantan Ketum Himabsi dan pengurusnya periode 2011-2012 yaitu oleh Kanda Agusliandi, kata sambutan sekaligus apresiasi buat jurusan kami dari Ketua Bem FKIP terpilih, Bapak Cakra Wildonan. Terakhir adalah adalah sugesti dan nasehat serta support dari Ibunda Ismawirna, M.Pd yang menggantikan Bapak Ketua Prodi. Juga dibarengi dengan laporan dari ketua Panitia Mubes, Adinda Rino. Banyak asam garam dan manis gula yang kami peroleh pada setiap per pembicaraan dari ke empat tokoh yang memberi kata sambutan tadi. Tapi, kami tetap menikmatinya. Kami berprinsip, bahwa segala kelebihan datang dari Allah dan setiap kekurangan itu datangnya dari kami, yang harus kami benahi dan perbaiki untuk ke depannya. Dan, agenda terakhir dari seremoni pembukaan Mubes kami kali ini, tibalah saatnya penutupan yaitu pembacaan doa oleh Adinda Miswar. Maka, selesailah agenda pembukaan acara Mubes ke VIII ini. Salam dan ucapan terima kasih beribu-ribu kami haturkan, kepada Ibunda Ismawirna, M.Pd, kepada teman-teman KBM USM, dan kepada seluruh undangan lainnya yang telah meluangkan waktu untuk berhadir di tengah-tengah derai senyum tawa Himpunan kami warga Bahasa dan Sastra Indonesia. Semoga waktu yang telah Anda-Anda luangkan untuk kami di sini, mendapat balasan ridha yang mulia dari Sang Khalik, amin. Selamat jalan dan terima kasih, kami harus masih di sini menyiapkan agenda pemilihan ketua yang baru sebagai pengurus Himabsi USM periode 2012-2013 untuk menentukan nasib masa depan Himabsi kami. Segala aktivitas kini kami hentikan sejenak, sebab alunan azan Dhuhur sudah menggema dari segala penjuru, petanda bahwa waktunya menghadap Sang khalik sudah tiba. Kami bersama-sama melangkah ke mushalla kampus, menyerahkan jiwa kami, nafas kami, jasad kami, dan lidah kami dengan menggula nama-Nya dalam setiap gerak dan sujud syukur. Ya Rabbi kami datang untuk memenuhi panggilan-Mu, Allahu Akbar. Terbenam dan larut kami dalam khusyuk Taqwa-Mu. Di sisi lain, ada sesuatu hal yang sedikit membuat kami panik kala itu. Sebab, kami harus memenuhi menu makan siang kepada peserta Mubes kali ini dan ini tidak mungkin kami abaikan. Padahal, dari estimasi anggaran yang diplotkan oleh pihak yayasan kampus, dananya cuma pas-pasan untuk menu kue alakadarnya. Tidak ada anggaran untuk konsumsi makan siang, maklumlah pihak yayasan kampus memang ahlinya dalam mengeluarkan dana seminim mungkin dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. Dan, ini bukan saja terjadi pada jurusan kami, tetapi jurusan lain juga demikian, aduh jadi repot juga ini. Jadi, dengan berkat kemurahan dan kegigihan ketua demisioner Himabsi, Kanda Agusliandi, beliau turun tangan dan terpaksa haruslah mengutang pada pemilik warung nasi terdekat untuk mendapatkan nasi kepada peserta Mubes kali ini. Alhamdulillah, tidak ada seorang pun yang tidak makan siang hari itu. Terima kasih Kanda Agus. Kami sudah kenyang semua dan siap untuk memulai Mubes. Dimulai dengan agenda yang pertama yaitu, pembahasan Tatib sidang, selanjutnya AD-ART, LPJ Pengurus lama, Kriteria penujukan calon ketua Himabsi yang baru , pengujian baca Alquran pada calon, penyampain visi-misi calon, sampai kepada titik akhir agenda Mubes yakni pemilihan calon, penghitungan suara, dan penetapan calon Ketum Himabsi yang baru, yaitu periode 2012-2013. Aku , Kanda Nazir, dan Dinda Ismayanti. Ditunjukkan oleh forum untuk memimpin sidang Mubes kali ini, lagi-lagi keinginan forum tak dapat kutolak. Aku memahami perasaan mereka, maka dari itu kuturuti saja. Jadi, dengan senang hati kami bertiga rela memimpin sidang Mubes kala itu. Hampir tidak ada masalah selama pembahasan semua agenda tersebut di atas. Karena, kami sadar bahwa kepercayaan dan kerja keras, serta kebersamaanlah yang membuat moral kami menyatu dalam bingkai kekeluargaan. Setiap butir pembahasan kami selesaikan dengan kepala dingin, mengedepankan etika, dan memegang pada peraturan. Maka, Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Bahkan, ada satu kabar gembira yang sempat kami utarakan saat itu. Bagaikan sebuah ilham, dengan suci dan nawaitu yang tulus kuumumkan kepada forum bahwa Aku dan beberapa orang teman dari jurusan telah berhasil mencetus sebuah komunitas menulis sastra yang telah lama kudambakan di kampus ini, yakni sebuah komunitas yang kami beri dengan nama Komunitas Monumen (KM). Seketika, tepuk girang forum membahana ketika mendengar kabar yang kami sampaikan. Aku percaya betul memang mereka semua sangat mendambakan komunitas menulis seperti ini untuk hadir di tengah-tengah kampus ini. Hari itu, tepatnya tanggal 1 Desember 2012 di Aula RKU USM, Komunitas Monomen (KM) ini dengan resmi kami kukuhkan. Inilah oleh-oleh dari kami wahai Adinda-Adinda tercinta, adem bercampur haru kami. Alhamdulillah Ya Allah. Sesi terakhir, adalah agenda penghitungan suara calon Ketua Himabsi ke depan, sebab pemilihan pun memang telah berjalan dengan lancar. Ada lima orang yang menjadi calon Ketum Himabsi kala itu. Dan... pada detik-detik akhir penghitungan suara ini, ternyata Sdr Mawardi mampu mengungguli semua kandidat yang ada, dengan memeroleh suara terbanyak yakni pada angka75 % dari semua jumlah suara yang masuk. Selamat! Semua memberikan ucapan selamat kepada ketua yang baru terpilih itu, bahkan sorak dan tepuk tangan tanda aplaus tertuang dalam sebuah sejarah yang baru kala waktu mulai memasuki petang hari saat itu. Kami bertiga dari presidium sidang juga turut memberikan ucapan selamat atas hasil yang lahir hari ini, selamat memimpin Dinda Mawardi. Sebelum sidang Mubes kami tutup, juga ada sesi penyerahan berkas dari pengurus Demisioner Kanda Agusliandi kepada Ketum Himabsi yang baru terpilih Dinda Mawardi. Garis-garis jepret kilat menjadi saksi kekal momen yang terjadi pada hari itu. Dengan penuh syukur, dan mengucapkan salam penutup, maka dengan resmi ketukan palu kami ketuk sebagai akhir bunyi dari seluk-beluk aktivitas Mubes ke VIII Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Serambi Mekkah (Himabsi USM) hari itu. Pesanku; Terus maju dalam menatap masa depan untuk membangun citra, kreatifitas, dan prestasi Himabsi USM dengan mengedepankan etika dan moral, serta dilandasi oleh pemikiran yang amanah dan bermartabat.
0 comments:
Post a Comment