BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Wartawan adalah orang-orang yang pekerjaannya mencari
berita. Berita-berita yang dicari dan ditulis oleh wartawan selanjutnya
dikirmkan ke meja redaksi media atau pers untuk dipublikasikan.
Kegiatan mencari berita, mengolah berita, menulis berita dan
menyusun berita tersebut akhirnya menjelma atau menjadi sebuah profesi. Nah.
Jadi orang yang menjalankan profesi itulah yang disebut sebagai "wartawan"
Journalism atau jurnalisme tersebut mengandung
beberapa unsur diantaranya adalah pemberitaan yaitu segala sesuatu yang erat
kaitannya dengan cara memperoleh bahan berita yang faktual dari suatu kejadian
aktual dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Wartawan olahraga
mengolah sebagian besar informasinya dari hasil pengamatan langsung serta
menggunakan sumber-sumber berita lain, misalnya peserta pertandingan, ofisial
olahraga, pejabat-pejabat humas, catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar
belakang, dan bahkan penonton
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Wartawan
Olahraga
Jurnalistik olahraga tidak pernah
terlepas dari kegiatan menulis berita olahraga dalam surat kabar atau laporan
seputar olahraga yang dibuat oleh media televisi. Olahraga merupakan sebuah
bahan yang memiliki celah untuk dibuat tulisan dan liputan jurnalistiknya (www.anneahira.com/jurnalistik-olahraga.htm
diakses Rabu 26 Oktober 2011).
Hampir setiap surat kabar mempunyai
halaman olahraga. Sekarang bahkan pertandingan-pertandingan olahraga sepak bola
dapat dipastikan mendapatkan tempat khusus di semua media massa (Kusumaningrat,
2005:207).
Wartawan sering dalam
pemberitaannya memberikan tekanan konten berita olahraga di berbagai platform
media, dari koran, televisi dan internet. Institusi media di mana para wartawan
berita olahraga bekerja sangat penting karena semakin besar institusi media itu
beroperasi maka institusi tersebut memainkan peran kunci dalam membentuk skala
dan ruang lingkup jurnalisme yang muncul di cetak, di televisi atau di web
(Boyle, 2010:1)
Wartawan olahraga mengolah sebagian
besar informasinya dari hasil pengamatan langsung serta menggunakan
sumber-sumber berita lain, misalnya peserta pertandingan, ofisial olahraga,
pejabat-pejabat humas, catatan-catatan resmi, sumber-sumber latar belakang, dan
bahkan penonton (Kusumaningrat, 2005:209)
Wartawan olahraga memiliki ruang
gerak yang luas dibandingkan dengan kebanyakan wartawan lain untuk menerapkan
teknik-teknik reportase interpretatif dan kritis, semacam argumentasi. Ia harus
mengetahui bagaimana caranya mengisi boks hasil-hasil pertandingan (skor) atau data
statistik yang biasanya disajikan oleh surat kabar dalam meliput pertandingan
(Kusumaningrat, 2005:211).
2.2. Tugas
Wartawan Olahraga
Wartawan adalah orang yang bertugas
mencari berita, tentunya setiap category yang ada dalam organisasi sigma, ini,
saling berhubungan satu sama lainnya, seperti hubungan antara writer dengan
editor, maka reporter juga erat hubungannya dengan editor.
Tugas wartawan memang setelah
mencari berita, juga harus menulis berita tersebut. Bedanya dengan writer dalam
struktus sigma, writer di sini berperan secara umum, menulis berita, menulis
buku, juga menulis cerita. Sedangkan reporter di khususkan hanya untuk menulis
berita yang ia liput. Kalau writer mempelajari seputar karya tulis secara umum,
maka reporter mempelajari seputar pembuatan berita. Reporter harus menguasai
bahasan pembuatan berita secara mendetail. Biasanya yang reporter lakukan di
awali dengan mendeskripsikan apa yang di liput, mewawancarai sumber terkait,
mencari informasi tambahan seputar apa yang di liput. Kemudian di ragkai dalam
bentuk karangan.
Wawancara, ini yang sudah pasti di
lakukan oleh seorang reporter, dalam melakukan wawancara ada beberapa tahapan
dan trik tersendiri, yang nantinya akan sigma bahas dalam pertemuan sigma.
Karena pembahasan reporter cukup panjang. Salah satunya saya ambil contoh,
tehnik wawancara, ada beberapa tahap, tahap penyusunan, tahap adaptasi, tahap
penyampaian, dan tahap pengolahan. Satu yang saya ambil, misal tahap
penyampaian pertanyaan. Dalam menyampaikan pertanyaan, harus memiliki struktur
5W, 1H. yaitu what, why, where, when, whom dan How. Kenapa harus demikian..?
karena jika dalam wawancara sudah termuat 6 elemen tersebut, maka berita itu
sudah terbilang cukup lengkap. Namun harus lebih akurat dengan cara mencari
informasi tambahan. Agar fakta, sesuai dengan apa yang di ucapkan atau hasil
wawancara. Kurang lebih seperti itu, dan secara lengkapnya akan di bahas dalam
pertemuan sigma.
Pada intinya tugas reporter adalah
memburu berita, yang harus di miliki oleh seorang reporter adalah semangat,
kemampuan adaptasi, ketelitian, dan yang paling penting adalah memiliki jiwa
kritis, agar mampu memberikan pertanyaan yang bisa mengungkap dan mengangkat
suatu permasalahan menjadi berita yang bermutu.
Secara umum persyaratan menjadi
reporter atau wartawan adalah sama, tetapi menjadi reporter olahraga diperlukan
persyaratan khusus, terlebih lagi teknologi yang digunakan untuk setiap jenis
media massa yang berbeda. Untuk reporter olehraga televisi, berikut persyaratan
khususnya:
1.
Mempunyai minat khusus di bidang
olahraga
2.
Berpenampilan bagus (Good Appearance)
3.
Mempunyai suara khas reporter olahraga
4.
Mampu mengontrol volume suara
5.
Mampu mengucapkan kata-kata secara
tepat, smooth, dan dengan intonasi yang tepat dan menarik.
6.
Mampu mengatur irama berbicara sehingga
kedengarannya meyakinkan.
Seorang reporter olahraga televisi
harus memiliki antusiasme tinggi terhadap olahraga agar tidak tersiksa dengan
kondisi panas di lapangan. Juga harus selalu berhati dingin walaupun menghadapi
suasana persaingan dalam pertandingan. Seorang reporter olahraga juga dituntut
untuk selalu berpakaian rapi, tidak sembrono, wajar dan tidak terkesan
dibuat-buat, serta memiliki paras yang simpatik sehingga pantas untuk tampil di
layar televisi.
2.3. Bahasa
Wartawan Olahraga
Setiap
hari atau bahkan setiap saat kita berhadapan dengan laporan wartawan dari
mana-mana. Berkat kemajuan teknologi, segala informasi dengan cepat bisa kita
peroleh. Dan di ujung alat-alat teknologi yang canggih itu, ada orang-orang
yang sangat berjasa, yakni wartawan atau reporter.
Dalam bekerja, para wartawan ini memiliki standar
kepenulisan tersendiri. Bahasa mereka harus jelas, lugas dan komunikatif. Apa
yang dimaksud sang penulis atau wartawan dalam tulisannya, harus seperti itu
yang ditangkap pembaca. Jika berbeda, bisa dipastikan ada yang tak beres,
mungkin pada penulis melalui tulisannya atau pada pembaca.
Sumber masalahnya bisa begini: Sang wartawan berdasarkan
karakter medianya menyampaikan informasi tertentu menggunakan standard bahasa
tertentu, sementara kadar kemampuan pembaca belum setara dengan itu atau
sebaliknya. Dengan kata lain, sang pembaca salah memilih bacaan.
Untuk mengantisipasi “kesenjangan” ini, ada yang disebut
dengan segmen pembaca. Sebuah media ditujukan untuk pembaca tertentu pembaca Kompas
berbeda dengan segmen pembaca Koran Jakarta atau Suara
Pembaruan, Tempo (majalah dan koran) dan lain-lain. Masing-masing media
memiliki pembaca sasaran masing-masing. Kalau tingkat pemahaman atau pendidikan
pembaca tepat dengan standard media yang bersangkutan, maka tak ada masalah di
sana.
Agar maksud yang hendak disampaikan sang wartawan atau
penulis tepat sasaran atau berguna—karena persis inilah kebanggaan seorang
penulis, di mana tulisannya dibaca dan memberi manfaat—maka sang wartawan atau penulis
harus menulis secara jelas, lugas dan komunikatif.
Ketika berbicara dalam Penyuluhan Bahasa Redaktur dan Editor
Media Massa di Jakarta pada 22 September 2012 lalu, Dendy Sugondo, Peneliti
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia menjelaskan, dalam makalahnya
yang berjudul Bahasa Indonesia dalam Media Massa Indonesia,mengatakan,
untuk kejelasan informasi yang disampaikan sang wartawan, maka bahasa yang
digunakan dalam penulisan berita dan sebagainya harus memperlihatkan
unsur-unsur kalimat secara gamblang. Pada tataran kalimat harus terlihat secara
tegas bagian mana sebagai predikat, subyek, obyek, pelengkap dan bagian mana
sebagai keterangan.
Bahasa yang digunakan lanjut Dendy harus lugas. Artinya,
pernyataan-pernyataan dalam penulisan untuk media massa tidak menimbulkan
interpretasi ganda. Untuk itu, bentuk kata, pilihan kata, susunan kalimat, dan
tanda baca hanya memiliki satu makna. Penggunaan bahasa kiasan atau
bentuk-bentuk metamorphosis (kecuali dalam ranah sastra) harus dhindari karena
bahasa media massa harus langsung menunjukkan persoalan yang hendak
diungkapkan.
Sedangkan
komunikatif, masih Dendy, berarti , apa yang diungkapkan penulis dalam
tulisannya harus sama dengan yang dipahami pembaca. Pemahaman pembaca akan sama
dengan maksud penulis apabila pengungkapan penulis itu dilakukan secara logis
dan bersistem. Kelogisan dilihat pada hubungan paragraf dalam
wacana, hubungan antarkalimat dalam paragraf dan hubungan antarbagian
dalam kalimat.
Dengan kata lain, wacana, paragraf dan kalimat memiliki
koherensi yang masuk akal. Penyajian sebuah tulisan harus sistematis, artinya,
uraian yang disampaikan memiliki urutan hubungan yang teratur seperti hubungan
kronologis, hubungan ruang, hubungan prioritas (dari sederhana ke kompleks,
dari dekat ke jauh, dari kecil ke besar, dari mudah ke sulit, dari konkret ke
abstrak. Di sini harus cermat pula menggunakan kata-kata penghubung.
Satu hal lagi, seorang wartawan harus jujur dalam
menyampaikan fakta. Ia tidak boleh mamfaktakan yang fiktif atau malah
memfiktifkan yang fakta. Fakta adalah suci! Mari kita menyimak setiap berita
yang kita baca, memenuhi syarat-syarat di atas atau tidak? Dari situ kita bisa
mengukur kualitas wartawan dan medianya
2.4. Menulis
Berita Olahraga
Menulis Berita sebenarnya merupakan
kegiatan profesional. Langkah-langkah yang terlibat dalam menulis artikel
berita yang agak sangat mudah diikuti tetapi mereka tidak benar-benar menjamin
bahwa pada akhirnya siaran yang baik akan diproduksi. Pentingnya untuk
menghasilkan artikel berita layak tidak dapat ditekankan lebih daripada yang
sekarang. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari siaran yang baik.
Sebuah artikel yang baik harus
lurus ke depan dan relevan dengan cerita – langsung ke titik sebagai langsung
mungkin tanpa berbelit-penulisan berita. Baik layak juga harus objektif dari
kata pertama sampai terakhir – obyektivitas dalam arti bahwa apa pun berita
dilakukan secara tertulis yang dapat diverifikasi
Siaran harus mudah untuk memahami –
bahasa mudah dan normal harus digunakan idiom dan metafora kecuali dari kutipan
harus dihindari sebisa mungkin
Sebuah PR yang baik harus
memberikan pesan yang kuat – fokus dari artikel dari awal sampai akhir harus
untuk mendapatkan pesan keluar sekuat mungkin.
2.4.1. Cara
Menulis berita yang baik
1. Mulai
sangat – sangat penting untuk memastikan agar Anda mulai dengan pesan Anda.
Perhatian pembaca harus bisa diraih oleh apa pun pesan yang rilis berita adalah
memberi. Anda dapat melakukan ini dengan menempatkan pesan di judul. Sebagai
contoh jika Anda melaporkan berita tentang olahraga Indonesia seharusnya anda
harus memperhatikan judul yang baik.
2. Jadilah
tepat – Anda harus mendapatkan berita Anda dengan jelas tanpa kontradiksi.
Setiap laporan yang bertentangan terbaik ditinggalkan sampai mereka dapat diverifikasi
secara independen atau dikonfirmasi.
3. Gunakan
bahasa yang mudah untuk dipahami, alasan mengapa Anda menulis press release
adalah karena Anda ingin berita untuk mencapai orang-orang tertentu. Itu akan
memotivasi Anda untuk memastikan bahwa bahasa adalah sebagai mudah dipahami
mungkin.
4. Tetap
fokus pada fakta-fakta dari situasi – tujuan dari artikel berita adalah untuk
melaporkan. Dalam hal ini Anda harus mencakup semua fakta yang relevan dengan
berita Anda. Membuat sentimen pribadi dalam pembebasan Anda mungkin penyok
kredibilitasnya cukup.
5. Menulis
dengan format yang tepat – Berita format rilis ini penting karena mereka akan
memungkinkan pembaca yang dimaksudkan untuk mengetahui bahwa ini adalah berita
saat yang mereka lihat artikel berita.
6.
Membuat berita tulisan Anda layak –
membuat artikel berita berita layak hanya berarti bahwa cakupan Anda harus
didasarkan pada kejadian saat ini dan tidak historis.
2.4.2. Langkah-langkah Menulis Berita
Setelah menentukan LEAD, kita perlu
menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan,
yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil
investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN
CERITA yang ditemukan.
Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah
merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat
ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang
berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya
dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.
Singkatnya, ada resep yang bisa Anda
tuliskan sebagai berikut:
- Tulislah
lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda
mengisahkannya secara lisan,
- Tulislah
lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,
- Bila
pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit
itu dalam dua/tiga kalimat,
- Sebisa
mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih
dari 20 kata.
- Gunakan
kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
- Hindarkan
kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
- Usahakan
kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
- Sebanyak
mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak.
Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
- Berkisahlah
untuk pembaca, dan
- Berkisahlah
seperti melukis.
2.4.3. Yang harus diperhatikan dalam
menulis Berita
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penulisan berita, hal tersebut biasa dikenal dengan istilah
5W1H (What, When, Who, Where, Why, How).
1. What. Anda harus menuliskan objek berita dan jenis
berita, misalnya apakah berita tersebut termasuk dalam kategori kriminal,
bisnis, politik atau olah raga.
2. When . Anda harus
mencantumkan waktu yang jelas mengenai kapan peristiwa yang akan diberitakan
tersebut terjadi, misalnya Senin (15/10) pukul 15.45, terjadinya kericuhan di
Stadion Gelora Bung Karno di....... keterangan waktu (Senin (15/10) pukul
15.45) harus tercantum dalam berita.
3. Who . Dalam hal adalah
pelaku berita, misalnya pemain sepak bola, Direktur Olahraga, dan lain-lain.
4. Where . Anda harus mencantumkan lokasi kejadian dalam
berita, misalnya di lapangan, di kantor olahraga.
5. Why . Ada sebuah peribahasa
tidak ada asap kalau tidak ada api. Kalau ada sebuah kasus pasti ada
penyebabnya, penyebab inilah yang harus dimasukkan ke dalam berita.
6. How Ini menyangkut dampak dari berita, bagaimana
dampak berita setelah diekspose.
2.4.4. Contoh Berita Olahraga
SHANGHAI,
Kompas.com - Superstar Swiss, Roger Federer, melewati rintangan berat di babak
ketiga turnamen Shanghai Masters, Kamis (11/10/2012), ketika melawan
kompatriotnya, Stanislas Wawrinka. Sempat kalah di set pembuka, peraih 17 gelar
grand slam ini akhirnya menaklukkan pasangannya ketika meraih emas ganda putra
Olimpiade Beijing 2008 tersebut dengan 4-6, 7-6 (7/4), 6-0.
Dengan demikian, Federer menambah panjang rekor kemenangannya atas
Wawrinka menjadi 12-1. Hasil ini pun memastikan Federer bertahan di peringkat
satu dunia, sehingga dia mencatat rekor menempati posisi teratas ATP itu selama
300 pekan.
Ya, Federer hanya perlu mencapai perempat final untuk mengamankan
posisinya tersebut dari ancaman rivalnya dari Serbia, Novak Djokovic, yang juga
lolos ke perempat final. Jika gagal lolos dan Djokovic menjadi juara di event
ini, maka Federer dipastikan lengser.
Lolosnya petenis berusia 31 tahun ini membuat para pemain unggulan
berhasil mencapai babak delapan besar. Sebelumnya, Djokovic dengan mudah
melibas pemain Spanyol, Feliciano Lopez, dengan straight set 6-3, 6-3, begitu
juga dengan unggulan ketiga yang berstatus juara bertahan, Andy Murray, menang
6-2, 6-2 atas pemain Ukraina, Alexandr Dolgopolov.
Unggulan keempat, Tomas Berdych, serta unggulan kelima Jo-Wilfried
Tsonga, juga berhasil meraih tiket perempat final. Kemenangan tersebut membuat
mereka terus memelihara peluang meraih tiket menuju turnamen akhir tahun, ATP
World Tour Finals, yang mempertemukan delapan petenis terbaik di dunia.
Empat tempat menuju event yang akan berlangsung bulan depan di London itu
sudah terisi. Empat petenis teratas, Federer, Djokovic, Murray, serta Rafael
Nadal, sudah memastikan diri tampil di sana.
Sumber
:AFP
Editor
:Aloysius Gonsaga Angi Ebo
JAKARTA,
KOMPAS.com — Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
merilis daftar 32 klub terhukum, Kamis (11/10/2012). Ke-32 klub itu terdiri
dari 14 klub Indonesia Super League (ISL) dan 18 klub Divisi Utama.
Salah satu klub itu adalah Pelita Jaya yang diperkuat bomber tim nasional
Malaysia, Safee Sali.
"PSSI mengirim surat semata-mata untuk membalas surat mereka.
Sebelumnya, FAM (Federasi Sepak Bola Malaysia) telah berkirim surat kepada
Pelita Jaya, dan kami mendapat tembusan. Mereka menanyakan status Safee Sali di
Pelita Jaya," jelas Sekjen PSSI, Halim Mahfudz, di Kantor PSSI.
Halim menambahkan PSSI sebagai federasi yang sah menjelaskan kepada FAM
bahwa Pelita Jaya merupakan klub yang sedang dihukum karena bermain di
Indonesia Super League (ISL) yang dinilai ilegal oleh PSSI.
"Hal itu sudah ditegaskan dalam Kongres PSSI di Palangkaraya.
Kongres PSSI di Palangkaraya menyebut ISL merupakan liga ilegal dan klub-klub
yang bermain di ISL berada dalam status yang suspended," bebernya.
"Kalau mengacu pada MoU, itu jelas berbeda. MoU adalah acuan untuk
kedua belah pihak sebagai proses unifikasi liga. Keputusan mengenai status
suspended dari klub-klub yang ada di ISL akan diputuskan pada kongres
selanjutnya karena keputusan kongres di Palangkaraya akan selesai di kongres
berikutnya bukan berdasarkan MoU," lanjutnya.
Berikut daftar 32 klub ISL yang dianggap ilegal PSSI.
Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, PSPS Pekanbaru, Persisam Samarinda,
Persib Bandung, Pelita Jaya, Sriwijaya FC, Persela Lamongan, Deltras Sidoarjo,
Mitra Kukar, Persiba Balikpapan, Persiram Raja Ampat, Persidafon Dafonsoro,
PSAP Sigli Divisi Utama: PSGL Guyo Lues. Persih Tembilahan, Persita Tangerang,
Persip Pekalongan, Persitema Temanggung, Persiku Kudus, PSIM Yogyakarta, PSMP
Mojokerto, PSBK Blitar, Persekam Metro Malang, Persid Jember, Persepam
Pamekasan, PS Sumbawa Barat, Barito Putra, Persigo Gorontalo, Persin Sinjai,
PSBS Biak, dan Perseru Serui.
Editor :
Ervan Hardoko
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Wartawan
Olahraga seperti yang sudah di bahas diatas berarti seorang yang meliput berita
atau yang menulis berita tentang olahraga. Dalam penulisan berita wartawan
kebanyakan menggunakan metode mekanisme
piramida terbalik yang lebih mengutamakan hal yang terpenting dibandingkan hal yang umum. Wartawan Olahraga
sangat disiplin bahasa dan juga tugas yang di lakukan nya mereka
mengutamakan suatu kedisiplinan waktu,
keterampilan, serta kesigapan dalam bekerja yang diterapakan pada para karyawannya.
Melakukan
peliputan berita-berita tentang olahraga baik dalam maupun luar negeri. Untuk luar negeri, berita yang didapatkan
dari AFP (kantor berita luar negeri),
langsug diterjemahkan dan dibuat beritanya oleh wartawan. Kegiatan rutin adalah
kegiatan yang sering dilakukan penulis selama menjadi wartawan, sedangkan
kegiatan insidental adalah kegiatan yang sifatnya kadang-kadang atau sewaktu-waktu yang
dilakukan penulis.
3.2.
Saran
Berdasarkan
pada kesimpulan yang telah dijabarkan, maka penulis ingin memberikan beberapa saran untuk perusahaan peliput
berita. Guna untuk mewujudkan
perkembangan juralistik masa kini, serta meningkatkan kinerja para
wartawan untuk terus memperahankan citra
HU Pikiran Rakyat di kalangan masyarakat luas.
DAFTAR
PUSTAKA
H
Rosihan Anwar. 1979. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi.Jakarta:
Departemen Penerangan RI.
Parakitri
T Simbolon. 1997. Vademekum Wartawan: Reportase Dasar.Jakarta: KPG.
Suroso.
2001. Menuju Pers Demokratis: Kritik atas Profesionalisme Wartawan. Yogyakarta:
LSIP.
Asa,
Syubah. 1979. Misalkan Anda Seorang
Wartawan Tempo. Jakarta: Biro Pendidikan Majalah Berita Mingguan Tempo.
Basuki,
Haryono. 1983. Teknik Mencari dan Menulis
Berita. Jakarta: Fakultas Publisistik – Universitas Moestopo (Beragama),.
Hakim,
M. Arief. 2003. Kiat Menulis Artikel di Media Dari Pemula Sampai Mahir. Jakarta:
Nuansa, (?)
Kurnia,
Septiawan Santana. Jurnalisme Investigasi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
S.
Tartono, St. 2005. Menulis di Media Massa
Gampang. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, (?)
Sumadiria,
AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis
Jurnalis Profesional. Bandung: Sembiosa Rokatama Media,
0 comments:
Post a Comment