NYERI
I. PENDAHULUAN
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yangtidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Teori terjadinya nyeri:
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory).
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rngsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impi\uls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotranmitter yang spesifik.
A. Epidemiologi
Nyeri terjadi dimana-mana, mengenai banyak orang, dengan estimasi 34 juta orang dewasa di US menderita nyeri ringan hingga sedang yang sifatnya nonmalignan. Sangat sedikit orang yang sedang dalam proses penyakit tidak mengalami rasa nyeri. Berikut penjelasan Turk dkk tentang dampak nyeri terhadap sosial ekonomi. Sebanyak 50 juta orang mengalami gangguan nyeri sendi, 25 juta orang menderita gejala migrain, dan 70 juta orang menderita nyeri pinggang. Estimasi sekarang mengindikasikan tiap tahunnya terdapat prevalensi gejala sekitar 50% pada usia kerja dan sekitar 15-20% dari mereka yang mencari perawatan. Nyeri pada penyakit kanker mengenai 90% dari 8 juta penduduk Amerika, baik yang sedang mengidap penyakit ataupun yang memiliki riwayat kanker; kanker merupakan diagnosa pada lebih dari 1 juta penduduk Amerika tiap tahunnya dan juga merupakan penyebab kematian 1400 orang setiap harinya. Prevalensi nyeri pada pengidap HIV, diperkirakan sekitar 40-60% dan prevalensinya terus meningkat seiring dengan berlanjutnya proses penyakit tersebut. Setidaknya 1/3 dari populasi Amerika berhubungan dengan nyeri yang menghabiskan $900 juta setiap tahunnya untuk pembelian anlgesik.
B. Klasifikasi
1. Menurut Tempat Nyeri.
1. Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan (superfisial pain), nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2. Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.
3. Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
4. Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
5. Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat Nyeri.
a. Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
b. Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama.
c. Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap selama 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya Nyeri.
1. Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
2. Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi psikologis.
3. Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
4. Menurut Waktu Serangan.
1. Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor.
2. Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Tabel 1. Perbedaan nyeri akut dan kronik
Karakteristik
|
Nyeri akut
|
Nyeri kronik
|
Peredaan nyeri
|
Sangat diinginkan
|
Sangat diinginkan
|
Sumber
|
Sebab eksternal atau penyakit dari dalam
|
Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama
|
Serangan
|
Mendadak
|
Bisa mendadak, berkembang dan terselubung.
|
Waktu
|
Sampai 6 bulan
|
Lebih dari 6 bulan sampai bertahun-tahun
|
Pernyataan nyeri
|
Daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti
|
Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi (perubahan perasaan)
|
Gejala klinis
|
Pola respon yang khas dengan gejala yang lebih jelas
|
Pola respon yang bervariasi dengan sedikit gejala (adaptasi)
|
Pola
Perjalanan
|
Terbatas
Biasanya berkurang setelah beberapa saat
|
Berlangsung terus, dapat bervariasiPenderitaan
meningkat setelah beberapa saat.
|
C. Faktor Resiko
Faktor resiko dari nyeri antara lain:
- Faktor Psikologi ;
a) Seks
b) Umur
c) Kognitive level
d) Previous pain
e) Family learning
f) Culture
- Faktor Situasi
a) Expectation
b) Control
c) Relevance
- Faktor Emosional
a) Takut
b) Marah
c) Prustasi
II. PATOFISIOLOGI
A. Patogenesis
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh; seperti peradangan, infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri berguna sebagai “alarm” bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak sengaja menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa nyeri pada kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi adakalanya nyeri yang merupakan pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya pada penderita kanker.
B. Etiologi
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikirun, prostaglandin, bermacam-macam asam)
2. Pembengkakan Jaringan
3. Spasmus Otot
4. Kehamilan
5. Inflamasi
6. Keletihan
7. Kanker
C. Gejala nyeri
Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli(tingling), menyentak (shooting) yang bervariasi dalam intensitas dan lokasinya. Suatu stimulus yang sama dapat menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama sekali (mis. tajam menjadi tumpul). Gejala kadang bersifat nonspesifik Nyeri akut dpt mencetuskan hipertensi, takikardi, midriasis tapi tidak bersifat diagnostik. Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata
Perlu diingat : nyeri bersifat subyektif !!
D. Manifestasi Klinik
1. Gangguan Tidur
2. Posisi Menghindari Nyeri
3. Gerakan Menghindari Nyeri
4. Pucat
5. Perubahan Nafsu Makan
E. Diagnosa
a. Nyeri akut
Nyeri akut yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidak nyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
Batasan Karakteristik :
1. Subjektif
Komunikasi tentang nyeri dideskripsikan . Untuk pasien dewasa dan dalam kondisi sadar penuh, rasa nyeri ini bisa dikaji secara verbal menggunakan skala 0 – 10 atau 0 – 5.
2. Objektif
a.Perilaku sangat berhati-hati
b.Memusatkan diri
c.Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri darihubungan sosial, gangguan proses berpikir)
d.Perilaku distraksi (mengerang, menangis)
e.Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)
f.Perubahan tonus otot
g.Respon autonom
i.Kalor
j.Dolor
l.Fungsio laesa (kehilangan fungsi jaringan)
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis yaitu keadaan dimana seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
Batasan Karakteristik :
1)Mayor (harus terdapat), individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebihdari 6 bulan
2)Minor (mungkin terdapat)
a.Ketidak nyamanan
b.Marah, frustasi, depresi karena situasi
c.Raut wajah kesakitan
d.Anoreksia, penurunan berat badan
e.Insomnia
f.Gerakan yang sangat berhati-hati
g.Spasme otot
h.Kemerahan, bengkak, panas
i.Perubahan warna pada area terganggu
j.Abnormalitas refleks
c. Diagnosa Tambahan
o Kecemasan yang berhubungan dengan hilangnya kontrol
o Ketakutan yang berhubungan dengan nyeri
o Kelemahan yang berhubungan dengan pengobatan pada penyakit
Perubahan penampilan peran yang behrubungan dengan perubahan status kesehatan dan kerusakan koping
o Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan kesakitan dan nyeri
o Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri danketidaknyamanan
o Aktivitas intoleran yang berhubungan dengan nyeri dan/atau depresi
o Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri
o Kurang perawatan diri (total atau sebagian) yang berhubungan dengan nyeri
o Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan perasaan tak berdaya
III. TUJUAN TERAPI
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
IV. STRATEGI TERAPI
Meminimalkan nyeri dan memberikan kenyaman yang memadai pada dosis analgesik efektif. Selain itu juga diharapkan meliputi rehabilitasi (pemulihan) dan resolusi (mengilangkan) terhadap masalah psikososial.
A. Terapi Non Farmakologi
1. Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi:
a. Stimulasi. Kulit Pijatan pada kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan keteganganotot. Rangsangan pijatan otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri
b. Stimulasi elektrik
(TENS) Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalahcara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan pijat, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
c. Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuanmenyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
d. Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti menyenangkan merupakan zat tanpakegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai “obat”seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
2. Intervensi perilaku kognitif meliputi:
a. Relaksasi.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
1.Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2.Menurunkan nyeri otot
3.Menolong individu untuk melupakan nyeri
4.Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5.Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Beberapa teknik relaksasi menurut Stewart sebagai berikut:
1.Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2.Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3.Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4.Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5.Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggungdan kelompok otot-otot lain
6.Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bilanyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat. (Irman,2007)
b. Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasitentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadaprespon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren,dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
c. Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
d. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampaisedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio(mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksiintelektual (merangkai puzzle, main catur), nafas lambat, berirama
B. Terapi Farmakologi
Terbagi menjadi 3 kelompok yaitu terapi non spesifik, spesifik dan terapi profilaksis. Yang tergolong ke dalam terapi non spesifik seperti: Paracetamol, aspirin, Ibu Profen, Naproxen Sodium, Ketorolae, Diclofenac Potasium. Narkotik Analgetik (Nepridin, Buterphanol). Adjunctive Theraphy : Metoclopramide, Prochlorperozine, Isometheptene, Acetaminophen, Dichloralphenazone.
Yang tergolong ke dalam terapi spesifik: golongan NSAID dengan mekanisme penghambat siklooksigenase-2 (COX2) yakni celexocib
Yang tergolong ke dalam terapi profilaksis: golongan obat antasid untuk mencegah terjadinya iritasi lambung akibat efek samping dari penggunaan efek samping obat golongan NSAID.
a. Obat non Opinoid
Analgesik yang diberikan harus dimulai dengan analgesik yang efektif dan efek samping terendah
Golongan & Nama Generik
|
Rentang Dosis Lazim (mg)
|
Dosis Maks (mg/hr)
|
Salisilat
| ||
Asam asetil salisilat (aspirin)b
|
325-650 tiap 54 jam
|
4000
|
Kolin b
|
870 tiap 3-4 jam
|
5220
|
Magnesium b
|
650 tiap 4 jam atau 1090 tiap 3x sehari
|
4800 dalam dosis terapi
|
Natrium
|
325-650 tiap 54 jam
|
5400
|
Diflusinal
|
500-1000 pada awal
250-500 tiap 8-12 jam
|
1500
|
Para-aminofenol
| ||
Parasetamol b
|
325-1000 tiap 4-6 jam
|
400
|
Fenamat
| ||
Meklofemat
|
50-100 tiap 4-6 jam
|
400
|
Asam mefenamat
|
Awal 500
260 tiap 6 jam (maksimal 7hr)
|
1000 c
|
Asam pianokarboksilat
| ||
Etodolak
|
200-600 tiap6-8 jam hanya untuk pelepasan segera
|
1000
|
Asam Asetat
| ||
Kalium diklofenak
|
Pada beberapa pasian, awal 100, 50 3x sehari
|
150 d
|
Asam Propinoat
| ||
Ibuprofen b
|
200-400 tiap 4-6 jam
|
3200
1200 e
|
Fenoprofen
|
200-400 tiap 4-6 jam
|
3200
|
Ketoprofen b
|
25-50 tiap 6-8 jam
12.5-25 tiap 4-6 jam
|
300
75 e
|
Naproksen
|
500 saat awal
500 tiap 12 jam atau 250 tiap 6-8 jam
|
1000 c
|
Natrium Naproksen b
|
Pada beberapa pasien 440 pada awal, 220 tiap 8-12 jam
|
660 e
|
Naproksen,delayed released
|
100 tiap 12 jam
|
1000
|
Naproksen, Controlled released
|
200-1000 tiap 24 jam
| |
Asam Pirozolin Karboksilat
| ||
Ketorolak (parenteral)
|
30-60 (dosis im tunggal )
15-30 tiap 6jam (maks 5hr)
|
30-60
120
|
Ketorolak (oral) indikasi hanya untuk lanjutan/setelah parenteral saja
|
Pada beberapa pasien dosis awal 20-10 tiap 4-6 jam (maks 5hr,termasuk dosis parenteral )
|
40
|
Penghambat siklooksigenase-2
| ||
Selekoksib
|
Awal 400 diikuti dengan 200 pada hari yang sama ,lalu 200 2x sehari
|
400 g
|
Valdekoksib
|
20 2x sehari
|
40 h
|
(a) Tidak termasuk obat yang diberi ijin hanya untuk osteoporosis atau rematoid arthritis
( b) Tersedia sebagai obat bebas maupun dengan resep dokter
(c) Sampai dengan 1250 mg pada hari pertama
(d) Sampai dengan 200 mg pada hari pertama
(e) Obat bebas
(f ) Tidak untuk terapi awal nyeri akut
(g) Untuk nyeri akut dismenore primer
(h) Untuk dismenore primer
b.Obat Opioid
Opioid merupakan senyawa alami atau sintetik yang menghasilkan efek seperti morfin. Semua obat dalam kategori ini bekerja dengan jalan mengikat reseptor opioid spesifik pada susunan saraf pusat untuk meghasilkan efek yangmeniru efek neurotransmiter peptida endogen, opiopeptin (misal endorfin dan enkafalin). Opioid analgesik penggunaan utamanya adalah untuk menghilangkan nyeri yang dalam dan ansietas yang menyertainya, baik karenaoperasi atau sebagai akibat luka atau suatu penyakit misal kanker. Reseptor opioid secara luas terdistribusi dalam sistem saraf pusat yangdikelompokkan menjadi 3 tipe analgesik.Sedangkan κ- dan σ-reseptor menunjukkan selektivitas terhahap enkefalin dandinorfin secara respektif. Aktivasi κ-reseptor juga dapat menghasilkan efek analgesik, namun berlawanan dengan μ-agonis, yang dapat menyebabkan uforia. Beberapa analgesik menghasilkan efek stimulan dan psikomotorik dengan dengan beraksi pada σ-reseptor. Aktivasi pada μ- dan σ reseptor dapat menyebabkan hiperpolarisasi pada saraf dengan cara mengaktivasi K + chanel melalui yang melibatkan G-protein. Sedangkan aktivasi κ-reseptor dapat menghambat membran Ca2+ chanel. Sehingga dapat merintangi peletuoan neuronal dan pelepasan transmitter.
V. PENYELESAIN KASUS
A. Kasus
Kj, 27 tahun, melakukan pemeriksaan ke dokter dengan keluhan adanya nyeri pada paha kanannya dengan beberapa gejala yaitu myosistis (radang pada otot), myalgia (nyeri otot), fibrositis (radang pada jaringan ikat) dan myofacitis (radang pada facia otot). Kadang-kadang pahanya mengalami kekakuan dan muncul gejala-gejala neuralgik misalnya geli pada paha. Kj menyatakan bahwa sebelumnya ia mengalami cedera karena bermain sepak bola dan gejala tersebut muncul dalam beberapa hari setelah mengalami cedera tersebut. Pasien mengalami riwayat asma namun jarang kambuh dan tidak memiliki riwayat ganguan gastrointestinal. Dokter menanyakan apakah pernah meminum NSAID seperti aspirin dan apakah setelah meminumnya pasien tersebut gejala asmanya kambuh. Menurut pasien, dia pernah minum aspirin dan merasa mengalami ganguan pernapasan (sesak napas).
B. Analisis Kasus
Pasien tersebut dapat dikategorikan menderita nyeri akut, karena sumber nyeri disebabkan oleh adanya cidera yang mengakibatkan peradangan pada otot, jaringan ikat dan facia otot. Terapinya adalah dengan memberikan obat analgetik golongan NSAID, yang memiliki resiko depresi pernapasan berat, mengingat pasien memiliki riwayat penyakit asma. Untuk itu dipilih obat kortikosteroid yang memiliki efek antiinflamasi dan anti alergi yang bisa digunakan untuk penyakit asma. Pasien juga kadang-kadang mengalami kekakuan dan neuralgik sehingga dibutuhkan penambahan obat vitamin B yaitu vitamin B1, B6 dan vitamin B12
C. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi adalah terapi menggunakan obat-obatan sintetik, semi sintetik maupun bahan alam. Terapinya adalah dengan memberikan obat golongan kortikosteroid yang memiliki efek antiradang yang berkhasiat merintangi atau mengurangi terbentuknya cairan peradangan dan anti alergi serta penyakit autoimun yang menekan reaksi imun dan menyerang jaringan.
- Obat yang dipilih adalah kortikosteroid yang mempunyai khasiat glukokortikoid yaitu Prednisolon. Kadar puncaknya dalam darah baru tercapai sesudah 6-8jam. Penggunaan sebaiknya diminum dalam satu dosis pagi hari, karena kadar kortisol alamiah adalah maksimal antara pukul 8-9. Efek samping nampak pada penggunaan lama dengan dosis tinggi dari 50mg perhari yaitu ganguan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipertensi, ganguan saluran cerna.
- Vitamin B dengan kombinasi vitamin B1, B6 dan B12 (Neurodex)
Indikasi: pencegahan dan penyembuhan kurang vitamin, neurotropik, neuralgia, neuritis perifer, polyneuritis, parestesia.
D. Evaluasi Obat Terpilih
- Obat yang dipilih adalah kortikosteroid yang mempunyai khasiat glukokortikoid yaitu Prednisolon. Kadar puncaknya dalam darah baru tercapai sesudah 6-8jam. Penggunaan sebaiknya diminum dalam satu dosis pagi hari, karena kadar kortisol alamiah adalah maksimal antara pukul 8-9. Efek samping nampak pada penggunaan lama dengan dosis tinggi dari 50mg perhari yaitu ganguan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipertensi, ganguan saluran cerna. Dosis: 1 dd 5-60mg pagi hari, pemeliharaan 5mg perhari. Kontra indikasi: infeksi sistem sistemik, tukak lambung, diabetes mellitus. Harga 1000 tablet dengan dosis 5mg= Rp 34.600,- @ Rp 34,6,-
- Vitamin B dengan kombinasi vitamin B1, B6 dan B12 (Neurodex)
Indikasi: pencegahan dan penyembuhan kurang vitamin, neurotropik, neuralgia, neuritis perifer, polyneuritis, parestesia.
Dosis: 3 x sehari 1 tablet
Harga : 10 x 10 tablet = Rp 31.300,- @ Rp 313,-
E. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI KEPADA PASIEN
- Gunakan obat sesuai aturan pakai.
- Pentingnya peran terapi nonfarmakologi: seperti melakukan peregangan pada saat memulai aktivitas seperti olah raga agar otot menjadi tidak tegang.
F. Monitoring dan Follow up
- Hal-hal berikut harus di monitor
a. Interaksi obat dan efek samping
Efek samping nampak pada penggunaan lama dengan dosis tinggi dari 50mg perhari. Sebaiknya dosis dikurangi secara bertahap sampai dosis efektif terendah.
b. Kepatuhan (adherence)
Diperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target.
c. Kualitas hidup harus dikaji secara terartur pada semua pasien
d. Penatalaksanaan terbaik dari efek samping opioid berupa konstipasi (sembelit ) adalah pencegahan. Pasien harus di dikonseling mengenai asupan cairan dan serat yang memadai . dan dapat ditambah laktasif jika diperlukan.
e. Jika nyeri akut tidak berkurang pada waktu yang diramalkan (1-2 minggu), diharuskan melakukan memeriksakan penyebabnya lebih lanjut
VIII. KESIMPULAN
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yangtidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
- Nyeri Nosiseptif (Akut)
- Nyeri Neuropatik (krinis)
Penatalaksanaan bisa dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi, pengobatan secara farmakologi menggunakan obat golongan nonopioid dan golongan opioid
IX. DAFTAR PUSTAKA
- Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.
- Yenicrish 2008, Nyeri akut/kronis. Available at : http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/12/nyeri-akut-kronis/
- Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.
0 comments:
Post a Comment