BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi adalah ilmu tentang fenomena jiwa
manusia, fenomenaadalah tingkah laku yang nampak di hadapan mata atau tampak
pada manusia.Pendidikan adalah Pembekalan sebuah materi tertentu kepada anak
didikuntuk menjadikannya lebih baik. Psikologi Pendidikan adalah Sebuah
ilmuyang mempelajari fenomena kejiwaan seseorang yang berhubungan
denganpendidikan dan pembelajaran.
Sedangkan sikap adalah faktor batin “ sikap yang
mempelajari terhadapperilaku ataupun tingkah laku “. Bisa juga bahwa Psikologi
Pendidikan adalahilmu yang mempelajari perilaku individu dalam situasi
Pendidikan.
Psikologi Pendidikan dapat juga diartkan sebagai
salah satu cabangpsikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam
kontekspendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi
danteori-teori psikologi terkait dengan pendidikan yang di peroleh
melaluimetode ilmiah tertentu dalam rangka pencapaian afektifitas proses
pendidikan.
1.
Belajar harus ada motivasi
2.
Sikap itu gambaran Motivasi.
3.
Belajar mengajar.
4.
Murid dan Guru sama-sama menjadi subjek yang
aktif tidak hanya
5.
guru yang merespon namun harus ada timbal
balik, antara Guru dan Murid
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa Sebabnya Pengenalan Tentang Anak Didik itu Penting?
Salah
satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan baik bagi
anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat
mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang
sekolah sebagai tempat di mana anaknya akan mengembangkan kemampuannya.
Pemerintah berharap agar sekolah akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi
warga negara yang cakap.
Bimbingan
merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak tidak hanya mengenal
diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya. Tujuan
bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh
kepribadian dan kemampuannya. Agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam
segala aspeknya dan dalam konteks(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa
pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan
perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang benar dan yang dapat
berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang
dibimbingnya.
B. Apakah yang Harus Dikenal pada Diri Masing-Masing Anak Didik?
B. Apakah yang Harus Dikenal pada Diri Masing-Masing Anak Didik?
Hal-hal
yang umum merupakan dasar dan norma yang akan menolong pembimbing mengetahui
ciri-ciri dan unik pada tiap-tiap anak.
a.Faktor-Faktor Umum yang Perlu Dikenal Ialah:
a.
Hakikat anak: anak bukan manusia dalam bentuk kecil, atau seorang dewasa minus
beberapa hal yang belum dimiliki. Anak adalah seorang yang berada pada sesuatu
masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.
b.
Kebutuhan pokok anak: tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila
kebutuhan itu tidak dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah
tertentu. Kebutuhan pokok dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu: kebutuhan jasmani,kebutuhan
kejiwaan (psychologis) dan kebutuhan rohani.
c.
Langkah-langkah perkembangan: Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani,
jiwa dan rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang
mengambil peranan besar dalam membentuk wayak anak. Dalam perkembangan, ada
periode-periode tertentu, dan pada tiap perkembangan terlihat ada sikap,
kecenderungan pola sikap, watak dan tingkah laku tertentu, yang menunjukkan
kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat pada teman-teman sebaya.
b.Tinjauan Masa-Masa Perkembangan:
1). Masa
0-3 tahun
a.
Pertubuhan berlangsung dengan pesat, terutama
pertumbuhan jasmaninya.
b.
Jiwani: masa ini merupakan masa pembentukan
pola atau tipe kepribadian, pola kebiasaan dan sikap
yang diperolehnya dengan penanaman kebiasaan atau peniruan dari orang
tua(tranfer), dari sikap,
perasaan atau suasana hati.
c.
Rohani: konsep tentang Tuhan diperolehnya dari
orang tua. Konsep ini telah dimiliki anak sebelum ia dapat
bercakap-cakap. Biasanya konsep ini berhubungan/sejajar dengan konsep anak
tentang orang tuanya (baik, buruk, adil, penuh kasih, jahat,
dingin, dan lain-lain).
2). Masa
3-5 tahun: Masa Pemain Kecil
a.
Jasmani: anak terus-menerus aktif/bergerak,
terutama dengan alat-alat motoriknya. Pada masa ini ia harus berusaha
memperoleh keterampilan dengan otot-ototnya hanya saja ia lekas lelah.
b.
Jiwani: ia ingin belajar, ingin mengetahui
segala sesuatu ia belajar dari berbuat. Anak mempunyai fantasi
yang kuat dan senang menirukan
c.
Rohani: konsep tentang Tuhan langsung diperoleh
dari cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman. Biasanya
Tuhan digambarkan dalam bentuk manusia.
3). Masa
6-12 Tahun: Masa Sekolah Dasar
Masa ini
terkenal oleh perkembangan jasmani secara memanjang. Pada segi jiwani, masa
ditandai oleh perkembangan inteligensi yang pesat. Anak ingin mengetahui segala
sesuatu dan berpikir secara logis. Keinginan untuk mengetahui dan mencintai
kebenaran yang diterapkan pula pada segi kerohanian.
6-7
Tahun:
Jasmani: Anak menunjukkan
kegiatan yang mengarah atau bertujuan. Meskipun sudah bergiat dalam kelompok,
sikapnya masih memusat pada diri sendiri (self centerd). Kegiatan pada masa ini
sudah tidak sepenuhnya spontan (dengan sendirinya).
Jiwani: Pada masa ini
anak banyak melihat dan bertanya. Fantasinya hidup dan selalu dihubungkan
dengan kehidupan yang nyata. Juga tampak bahwa anak makin
berpikir secara logis.
Rohani: Anak memisahkan
konsep tentang Tuhan dari konsep tentang orang tua. Ia mencari dan mendekati Tuhan
dengan sikap keheranan (takjub) dan sikap ingin tahu; melihat Tuhan sebagai
Maha Besar, tetapi disamping itu, ia inginmengasihi, mempercayai dan
menurut tuhan yesus, dan menganggap
sebagai semestinya untuk memujanya
sebagai semestinya untuk memujanya
8-10 Tahun:
Jasmani: Ini merupakan
masa anak mengadakan “konsolidasi”, sehingga perkembangan anak berjalan secara lambat.
Arah perkembangannya memperoleh penguasaan dan keterampilan.
Jiwani: Gambaran tentang
Tuhan masih tetap konkret dan terutama dalam bentuk “manusia yesus”. Konsep ini lebih
di dasarkan pada perasaan dari pada pengertian, dan ia masih menganggap Tuhan
memiliki sifat-sifat kesucian, kebaikan dan kehalusan
10-12
Tahun:
Jasmani: Kegiatan
dilakukan terutama di antara dan dengan jenis kelamin atau seks sendiri. Anak
mempunyai semangat kompetisi di samping rasa persekutuan yang
masih terbatas di antara sekse sendiri, sedangkan
terhadap sekse lain mereka bersikap bermusuhan.
Jiwani: Ingatan anak pada
masa ini kuat tumbuh pula pemikiran secara kritis dan mendalam. Timbulnya kesadaran
akan kehidupan batinnya menyebabkan anak bersikap membatasi diri terhadap orang dewasa.
Anak menunjukkan keinginan untuk mengambil inisiatif dan tangguna jawab.
Rohani: Tuhan malin lama
makin dilihat sebagai Kristus, yang dipandang sebagai pahlawan. Tuhan tidak
sepenuhnya digambarkan sebagai manusia tetapi tekanannya makin diletakkan pada
sifat-sifat-Nya, terutama pada keramahan-Nya.
4). 13-19
Tahun ke atas: Masa Adolesensi (pubertas)
Jasmani: Perubahan dan
pertumbuhan yang begitu cepat menimbulkan kebingungan dan keakuan anak di dalam mengambil
sikap atau tingkah laku. Masa ini juga ditandai oleh matangnya alat-alat
kelamin dan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar yang
menimbulkan dorongan tertentu. Pertumbuhan kemasakan
ini lebih cepat pada anak perempuan dari pada anak laki-laki.
Jasmani: Di samping
perkembangan inteligensi (dan berpikir logis), fantasi mereka menjadi sangat
kuat, hingga sering terjadi pertentangan dengan pemikiran kritis atau
logis. Anak sering berfantasi mengkhayal. Pikiran
anak penuh dengan ide-ide baru dengan kreasi. Anak memilih dan menyeleksi dan
membuat
konsep (yang sebagian dibuang dan yang lainnya dimasak lebih lanjut). Anak penuh dengan cita-cita,ide-ide, disamping juga ia mencari kenyataan, mencari kebenaran, mencari tujuan hidup.
konsep (yang sebagian dibuang dan yang lainnya dimasak lebih lanjut). Anak penuh dengan cita-cita,ide-ide, disamping juga ia mencari kenyataan, mencari kebenaran, mencari tujuan hidup.
Emosi: Kehidupan emosi anak
mengalami pergolakan hebat sebagai akibat dari adanya perubahan-perubahan baik
pada aspek jasmani maupun jiwami, misalnya dalam sikap dan pandangannya
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain dan barang-barang di
sekitarnya. Keharusan dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan sikap dan pandangan tersebut, juga ia menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru.
Rohani: Anak adolesen
boleh dikatakan berada di persimpangan jasan. Dalam usahanya untuk menempakat
emosinya yang bergolak di tempat yang semestinya, dan dalam usahanya untuk
mengekspresikan diri, anak sering jatuh ke dalam keadaan yang membingungkan,hal
ini menimbilkan perasaan tidak aman atau tidak terjamin. Sebab itu, timbul
keinginan untuk membuang segala macam kebiasaan, tradisi, kepercayaan dan
kekuasaan yang dirasakannya mempersempit kebebasannya bergerak menurut kehendak
hatinya sendiri.
c). Inteligensi Pendalaman dalam Kepribadian:
Tiap anak
dibentuk juga oleh lingkungan dan pengalaman-pengalaman. Bagaimana lingkungan
dan pengalaman mempengaruhi individu itu tergantung pada dan merefleksikan
faktor yang kedua, yaitu:
Faktor-faktor
atau sifat yang khusus dan integrasi yang unik:
Mengenal anak berati mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam situasi. Mengenal tidak hanya berati atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah laku tentang anak, karena “data” itu sendiri hanya dapat digunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu di mana fakta-fakta tersebut telah diperoleh. Mengenal meliputi aspek yang banyak sekali dan yang cukup kompleks, misalnya:
Mengenal anak berati mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam situasi. Mengenal tidak hanya berati atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah laku tentang anak, karena “data” itu sendiri hanya dapat digunakan dengan baik jika bertalian dengan situasi dan waktu di mana fakta-fakta tersebut telah diperoleh. Mengenal meliputi aspek yang banyak sekali dan yang cukup kompleks, misalnya:
i.
mengenal variasi dalam kecepatan perkembangan
jasmani, jiwani dan rohani.
ii.
mengenal “persepsi” (penerimaan) dunia atau
sekitar anak.
iii.
mengenai tingkah laku yang hanya dimiliki
karena harapan dari kebudayaan.
iv.
mengenal tingkah laku sebagai gejala saja
v.
mengenal bahwa tingkah laku yang dipelajari
juga dapat diubah dengan proses belajar.
vi.
mengenal bahwa jika anak tidak berhasil atau
mampu menyesuaikan diri dengan faktor-faktor dalam
lingkungannya ia akan mengambil sikap dan tingkah laku tertentu untuk menutupi kegagalannya.
lingkungannya ia akan mengambil sikap dan tingkah laku tertentu untuk menutupi kegagalannya.
vii.
kemungkinan juga seseorang anak memiliki
keterampilan atau kecerdasan khusus yang belum diketahui
dan belum digali,dan banyak hal lagi yang perlu dikenal. “Mengenal anak” adalah
proses
yang berlangsung terus dan tidak ada habisnya.
yang berlangsung terus dan tidak ada habisnya.
Akan
tetapi, cara yang sederhana, yang “informal”, yang wjar dan yang berjalan
terus-menerus sering kali cukup efektif: misalnya mengatur ruang kelas dan
tempat duduk anak sedemikian rupa agar setiap anak mendapatkan perhatian guru
dengan mempertimbangkan kebutuhan anak, kelemahan dan kekuatan tiap-tiap anak.
Cara-cara tersebut akan dijelaskan dan diperkenalkan dalam ceramah lain dalam
loka karya ini. Penting bagi pembimbing untuk memilih cara yang tepat
diperlukan dalam usaha atau kegiatan membimbing pada saat itu.
Beberapa
segi atau hal yang perlu diketahui pembimbing dalam menolak anak dan cara yang
dipakai:
1.
Pengalaman-pengalaman yang lampau dalam
pendidikan melalui surat, tes, pertanyaan, wawancara, dan
lain-lain.
2.
Kegiatan ekstrakurikuler, melalui questionaire
(angket).
3.
Kegiatan pada waktu luang, melalui angket
(questionaire), biografi, catatan harian, dan lain-lain.
4.
Penyesuaian sosial, melalui anecdotal record,
observasi, dan lain-lain.
5.
Latar belakang rumah, melalui wawancara, angket
(questionaire).
6.
Kesehatan, melalui observasi, pemeriksaan dan
lain-lain.
7.
Kecakapan dan keterampilan baik yang akademis
maupun aestetis, sosial, teknis dan lain-lain. Melaui observasi,
catatan harian, angket dan lain-lain.
8.
Minat. . .terutama melaui sikap terhadap
kegiatan dan orang.
9.
Rencana dan harapan-harapan. . . melalui
hubungan informal dan wawancara.
Siapakah
yang Perlu Mengenal Anak? Semua orang yang ikut
berpartisipasi dalam proses pendidikan dan pengajaran anak, hendaknya mengenal
pribadi anak didik.
C. Perbedaan-Perbedaan Induvidual:
Faktor-faktor Kepribadian dan
Motivasional
Motivasional
Kepribadian
dan motivasi cenderung menentukan penyesuaian diri dan perfomansi akademik
anak.
ü Murid-murid
tertentu menuntut perubahan prosedur mengajar oleh sangat ketidakberdayaannya.
ü Beberapa
murid yakin bahwa mereka sama baiknya dengan murid yang lain.
ü Beberapa
siswa tidak mau mengambil resiko mencoba menghadapi tugas-tugas karena mereka
takut gagal.
ü Beberapa
siswa menganggap bahwa kegagalan itu sesuatu yang tidak dapat dielakkan.
ü
Beberapa ank merasa sangat tertekan dan
prestasinya rendah.
a.
Self Concept (Konsep Diri)
Merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku.
Ciri-ciri
self concept
1).
Terorganisasikan
Seorang
induvidu mengumpulkan banyak informasi yang dipakai untuk membentuk persepsi tentang dirinya
sendiri.
2).
Multifaset
Individu
mengkategorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah (area) misalnya:
sosial acceptance, physical attractiveness, athlatic
ability and academic ability.
3).
Stabil General self concept itu stbil. Perlu di catat bahwa
area self concept bisa berubah.
4).
Tersusun secara hierarkis.
o General
s.c : scholastic s c.:
o English
ability s.c.
o Social
studies s.c.
o Science
ability s.c.
o Social
s.c.:
o Friendship
s.c.
o
Dating s.c
o Physical
s.c.:
o Athletic
s.c.
o Physical
apperarance s.c.
5).
Berkembang (developmental)
Self
concept berkembang sesuai dengan umur dan pengaruh lingkungannya.
6)
Evaluatif Individu tidak hanya membentuk deskripsi
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pengenalan anak didik
dalam psikologi pendidikan merupakan sesuatu yang yang sangat urgen untuk kita
bahas bersama. Didalam hal ini banyak sekali factor-faktor yang mendukung dalam
perkembangan dan pertumbuhan anak didik dalam proses belajar diantaranya ialah:
1. Empiris
social psikologi
2. Empiris
transcendental
3. Anak pada hakekatnya baik
4. Kebutuhan
pokok anak
5. Struktur
kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
ü Nafs
mutmainnah
ü Nafs
amarah`
ü Nafs
lawwamah
6. Anak
didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Diupayakan
bagi seorang guru yang professional dapat memahami dan mengerti luar dan dalam
dari factor-faktor yang dapat mendukung perkembangan anak didik dalam proses
pendidikan. Mulai dari memahami anak dari sifat, perilaku, tingkah laku
sehari-hari, perkembangan dalam proses belajar, mengetahui minat dan bakat yang
berkembang pada diri seorang anak didik dan lain sebagainya. Jika semua ini
telah berjalan sesuai yang diharapkan dan dapat diterapkan dalam proses belajar
maka akan tercapailah tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu bahagia di dunia
dan bahagia di akhirat dengan memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas dan
bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
H. Ramayulis,
Prof. Dr. dan Dr. H. Samsul Nizar M. A. 2005.Ensiklopedia Pendidikan islam. Ciputat : Quantum Teaching.
Nata, H.
Abuddin, Prof. Dr. M. A. Tokoh-tokoh
Pembaharuan Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta
: PT. RajaGrafindo Persada.
0 comments:
Post a Comment