NAMA : AIYUB
NIM : 0911070390
UNIT : 4 (EMPAT)
SEMESTER : 5 (LIMA)
PRODI : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENGERTIAN SASTRA
2.1 Pengertian Sastra
Sastra (sansakerta : shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa sansakerta Sastra, yang berarti “teks yang
yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar Sas- yang berarti
“intruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu.
Selain dalam arti esusatraan.
Sastra biasa dibagi menjadi sasta tertulis atau sastra lisan (sastra oral).
Sasta tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana untuk mengeksplorasi pengalaman atau pemikiran.
2.2 Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masyarakat sastra
memilik beberapa fungsi, yaitu:
- Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat
memberikan hiburan yang menyenengkan bagi pembacanya.
- Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu
mengaarhkan atau mendidik pembaacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan
yang terkandung didalamnya.
- Fungsi estetis, yaitu sastra mampu
memberikan keindahan bagi pembacanya.
- Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu
memberikan pengetahuan kepada pembaca sehinggatahu moral yang baik danburuk,
karena satra yang baik selalu mengandung moral yang inggi.
- Fungsi religius, yaitu sastra
menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran-ajaran agama yang dapat
diteladani para pembaca sasra.
RAGAM SASTRA
3.1 Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis
puisilama yang sangan luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahas
Jawa, misalnya dikenal parikan dan dalam bahasa sunda dikenal sebagai
paparikan. Pantun terdiri atas empat larik (empat baris bila dituliskan),
bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a). Pantun pada umumnya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijympai juga pantun tertulis. Semua
bentuk pantun terdiri atas dua bagian sampiran dan isi. Sampiran adalah dua
baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam dan biasanya tak punya hubungan
dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan
rima/dajak. Dua baris terahir adalah isi, yang merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut. Contoh:
Banyak orang pandei
berkitab
Sedikit saja pandai
bersyair
Banyak orang pandai berakap
Sedikit saja pandai
berfikir
3.2 Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani Kuno
:
) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan. Penekanan pada segi estetik. Suatu bahasa dan penggunaan
sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Menurut beberapa ahli modern
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literature tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Contoh puisi:
Aku
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa lari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hijdup seribu tahun lagi
3.3 Sajak
Sajak adalah persamaan bunyi.
Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di
akhir perkataan. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi
lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada baentukdan pilihan kata dalam
puisi itu. Sajak terbagi enam jenis;
a. Sajak Awal
Ialah persamaan bunyi yang
terdaspat pada awal kalimat, seperti pantun berikut:
Kalau tidak karena bulan
Tidaklah bintang meninggi hari
Kalau tidak karena tuan
Tidaklah saya sampai kemari
b. Sajak Tengah
Persamaan yang terdapat di tengan
kalimat, seperti:
Guruh petus penuba limbat
Ikan lumba berenang-renang
Tujuh ratus jadikan ubat
Badan berjumpa maka senang
(Dr. mandahk)
c. Sajak Akhir
Sajak yang terdapat pada akhir
kalimat. Sajak ini terdapat hamper pada segala puisi lama dan puisi baru.
Misalnya:
Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang peceh berderai
Keribaan pasar rindu berpaut
(Amir Hamzah)
d. Asonansi
Persamaan bunyi hujruf hidup
(voksal) yang terdapat dalam perkataan atau kalimat. Misalnya:
Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengahlangsung melewat abad
e. Sejak Sempurna
Dalam memilih perkataan untuk
mencapai perasamaan bunyi, tiadalah selalu bunyi itu jatuh yang sempurna pada
suara yang sama, ada yang mirip dan ada yang benar-benar tepat. Yang tepat
disebut sajak sempurna:
Gabak hari awan pun mendung
Pandan terkulai menderita
Sejakmati ayah kandung
Makan berrhurai air mata
f. Sajak Tak Sempurna
Hanya bunyinya saja yang hamper
bersamaan, seperti:
Uncang buruk tak tertali
Kian kemari bergantung-gantung
Bujang buruk tak berbini
Kian kemari meraung-raung
3.4 Peribahasa
Peribahasa ialah bentuk
pengucapan yang banyak dijumpaidalam kesusastraan lama. Peribahasa banyak
digunakan dalam kehidupan seharian orang pada masa dulu. Bila diselidiki isi
dan jiwa yang terkandung dalam peribahasa itu, banyak bahan yang diambil dari
sejarah, social, dan peri kehidupan mereka di zaman lampau itu. Misalnya,
sekali air bah, sekali tepian berubah. Selain itu pribahasa yang seing
digunakan hingga kini ialah dimana bumi dipjak disitu langit dijunjung.
Peribahasa masih hidup dalam pergaulan sehari-hari dan banyak terdapat buku dan
roman-roman baru
3.5 Majas/Gaya Bahasa
Majas adalah gaya bahasa dalam
bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan
untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi
beberapa macam, yakni majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan
pertautan.
PERKEMBANGAN SASTRA
4.1 Pujangga Lama
Karya sastra yang dihasilkan
sebelum abad ke-20. pada masa ini karya sastra di Indonesia di dominasi oleh
syair, pantun, gurundam, dan hikayat.
Karya sastra pujangga lama;
- Hikayat Abdulah
- Hikayat Andekan Penurat
- Hikayat Bayan Budiman
- Hikayat Hang Tuah
- Hikayat Kadirun
4.2 Sastra Melayu Lama
Karya sastra Indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat
sumata seperti “Langkat tapanui, Padang dan daerah Sumatra lainnya”. Karya
sastra “Melayu Lama”:
- Robinson Crusoe (terjemahan)
- Lawan-lawan Merah
- Mengelilingi Bumi dalam 80 hari
(terjemahan)
- Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
- Cerita Nyai Sarikem
- Nyai Dasima oleh G. Francid (Indo)
Dan masih ada sekitar 3000 judu
arya sastra Melayu Lama lainnya.
4.3 Angkatan Balai Pustaka
Karya sastra di Indonesia sejak
tahu 1920-1950, yang dipelopori oleh penerbit balai pustaka. Balai pustaka di
dirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar
yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan cabul
dan dianggap memiliki politis (liar)
Pengarang dan karya sastra
angkatan Balai Pusataka:
• Abdu Muis
Pertemuah Jodoh (1964)
Salah Asuhan
Surapati (1950)
• Merari Siregar
Azab dan Sengsara: kisah
kehidupan seorang gadis (1921)
Binasa Kerna gadis Priang! (1931)
• Marah Rusli
Siti Nurbaya
Anak dan Kemenakan
• Nur Sutan Iskandar
Katak hendak menjadi lembu (1935)
Hulubalang Raja (1961)
• Tulis Sutan Sati
Sengsara Membawa Nimat (1928)
Memutuskan pertalian (1978)
• Sutan Takdir Aisjahbana
Dian yang tak kunjung padam
(1948)
Anak Perawan di Sarah penjamuan
(1963)
• Hamka
Di bawah lindungan ka’bah (1938)
Di dalam lembah Kehidupan (1940)
• Marius Ramis Dayoh
Pahlawan Minahasa (1957)
Putra Budiman: Tjaritera Minahasa
(1951)
4.4 Pujangga Baru
Pujangga baru muncul sebagai
reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadsap karya
tulis sastrawan pada masa tersebut, terutaa terhadap karaya sastra yang
menyangkut rasa nasinalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra pujangga
baruadalah sastra intelektual, nasionalitik dan elitis menjadi “bapak” sastra
modern Indonesia.
Penulis dan karya sastra pujangga
baru:
• Sutan Takdir Alisjahbana
Layer Terkembang (1948)
Tebaran Mega (1963)
• Armijn Pane
Belenggu (1954)
Jiwa Berjiwa
Djinaj-djinak Merpati – Sandiwara
(1950)
Kisah Antara Manusia – Kumpulan
cerpen (1953)
• Tengku Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi (1954)
Buah Rindu (1950)
Setanggi Timur (1939)
• Sanusi Oane
Pancaran Cinta (1926)
Puspa Mega (1971)
Madah Kelana (1931/1978)
Sandhyakala Ning Majapahit (1971)
• Muhammad Yamin
Indonesia,Toempah Darah Koe!
(1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1951)
• Roestam Efendi
Bebasari : Toneei dalam 3
pertunjukkan (19530
• Selasih
Kalau Ta’ Ountoeng (1933)
Pengaruh Keadaan (1957)
• J. E. Talengkeng
Rindoe Dendam (1934)
4.5 Angkatan ‘45
Pengalaman hidup dan gejolak
social-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Ankatan ’45. karya satra
angkatan ini lebih relistik disbanding karya angkatan Pujangga baru yang
raomantik-idealistik.
Penulis dan karya sastra
aangkatan ’45:
• Chairil Anwar
Kerikil Tajam (1949)
Deru Tjampur Debu (1949)
• Asrul Sani, Rivai ApinChairil Anwar
Tiga Mneguak Takdir (1950)
• Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan lain ke
Roma (1948)
Aki (1949)
Perempuan dan kebangsaan
• Pramudya Ananta Toer
Bukan Pasir Malam (1951)
Di Tepi Kali Bekasi (1951)
Keluarga Geriba (1951)
Mereka Jang Dilumpuhkan (1951)
Peburuan (1950)
• Mochtar Lubis
Tidak Ada Esok (1982)
Djalan Tak Ada Ujoung (1958)
Si Jamal (1964)
Harimau-Harimau! (1977)
• Achdiat K. Mihardja
Atheis - 1958
• Trisno Sumardjo
Kata Hati dan Perbuatan (1952)
• M. Balfas
Lingkaran-lingkaran Retak,
Kumpulan Cerpen (1978)
• Utuy Tatang Sontani
Suling (1948)
Tambera (19520
Awal dan Mira- Drama satu babak
(1962)
4.6 Angkatan 50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan
terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Cirri angkatan ini adalah
karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Pada
angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan. Timbulah perpecahan
dan polemic yang berkepanjangan diantara kalangan sastawan di Indonesia pada
awal tahu 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk ke dalam
politik praktis dab berakhi pada tahun1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan karya sastra angkatan
50-an
• Ajip Rosidi
Cari muatan
Di tengah keluarga (1956)
Pertemuan kembali
(1960)
Tahun-tahun kematian (1955)
• Ali Akbar Navis
Biang lala: kumpulan cerita
pendek (1963)
Hujan panas (1963)
• Bokor Huta Suhu
Datang amaam (1963)
• Enday Rasidin
Surat Cinta
• NH. Dini
Dua Dunia (1950)
Hati Yang Damai (1960)
• Nugroho Noto Susanto
Hujan Kepagian (1958)
Rasa Sajange (1961)
Tiga kota (1956)
• Sitor Situ Morang
Dalam sadjak (1950)
Djalan Mutiara kumpulan tiga
sandiwara (1954)
Pertempuran dan saldju di
paris(1956)
Surat Kertas Hidjau : Kumpulan
sadjak (1953)
Wadjah tak bernama: Kumpulan
sadjak (1955)
• Subagio sastro wardojo
Simphoni (1957)
• Titis basino
Pelabuhan hati (1978)
Dia, Hotel, Surat keputusan
(cerpen) (1963)
Lesbian (1976)
Bukan Rumahku (1976)
Di bumi aku bersua di langit aku
bertemu (1983)
• Trisno Juwono
Angina laut (1958)
Di medan perang(1962)
Laki-laki dan mediu (1951)
• W. S. Rendra
Balada orang-0orang tercinta (
1957)
Empat kumpulan sajak (1961)
Ia sudah bertualang dan
tjerita-tjerita pendek lainnya (1963)
4.7 Angkatan 66 – 70-an
Angkatan ini ditandai dengan
terbitnya majalah sastra horizon. Semangat avant-garde sangat menonjol pada
angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam
dalamaliran sasta, munculnya karya sastra beraliran surrealistic, arus
kesadaran, arkeup, absurd.
Karya sastra angkatan ‘66
• Sutardji Calzoum bachri
O
Amuk
Kapak
• Abdul Hadi WM
Laut belum pasang – (kumpulan
puisi)
Meditasi – (kumpulan puisi)
Potret panjang seorang pengunjung
pantai sanur – (kumpulan puisi)
Tergantung pada angina –
(kumpulan puisi)
Anak laut anak angin – (kumpulan
puisi)
• Supardi Djoko Damono
Dukamu abadi – (kumpulan puisi)
Mata pisau dan akuarium –
(kumpulan puisi)
Perahu kertas –( kumpulan puisi)
Sihi Hujan – (kumpulan puisi)
Ayat-ayat Api –( kumpulan puisi)
• Goenawan Mohamad
Interlude
Parikesit
Potret seorang Penyair muda
sebagai si malin kundang – (kumpulan esai)
Misalkan kita di Sara Jevo
• Umar Kayam
Seribu kunang-kunang di manhattan
Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan
cerita pendek)
Pada suatu saat di Bandar Sanggih
Kelir Tanpa Batas
Para Priyayi
Jalan menikung
• Danarto
Godlob
Adam Makrifat
Berhala
•
Putu Wijaya
Telegram
Stasiun
Pabrik
Gres
Bom
Aduh (Drama)
Edan (Drama)
4.8 Dasawarsa 80-an
Sastra di Indonesia pada kurun
waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan
sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah
Horison tidak ada lagi, karya sasta Indonesia pada masa angkatan ini tersebar
luas di berbaaimajalah dan penerbitan umum.
Karya sastra angkatan Dasawarsa
80-an
Badai pasti berlalu
Cintaku di kampus biru
Sajak sikat gigi
Arjuna mencari cinta
Manusia kamar
Karmila
Namun yang tidak boleh dilupakan,
pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop 9tetai tetap sah
disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi). Yaitu
lahirnya sejumlah novel pouler yang dipelopori oleh Hilman dengan serial
Lupus-nya.
BAB V
UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR
EKSTRINSIK
Karya sastra disusun oleh dua
unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud iaslah unsur intrinsic dan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsic ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra
dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema tokoh dan
penokohan, alur dan pengeluaran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan.
Sedangkan unsur ekstinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari
luasnya menyangkut aspeksosiologi, psikologi, dan lain-lain.
5.1 Unsur Intrinsik
a. Tema dan amanat
Tema ialah persoalan yang
menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat
menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang
diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa
disebut makna. Makna dibedakan menjassdi makna niatan dan makna muatan. Makna
niatan ialah maknayang diniatkan oleh pengarang bagi jkarya sastra yang
ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b. Tokoh dan penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya
sastra. Dalam karya sestra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasnya hanya ada
satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil
peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash
character) dan tokohbulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang
hanya menunjukka satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal
sampaiu akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah
tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya.
Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal
ada tokoh introvert dan ekstrovent. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut
yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialag pribadi tokoh
tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula
tokoh protagonist dan antagonis. Protagonisialah tokoh yang disukai pembaca
atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang disukai
pembaca atau penikmat sastra karena sifat-difatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah
teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh.
Cara analitik, ialah cara cara penampilan tokoh secara langsung malalui uraian
pengarang. Jadi pengarang menguraikan cirri-ciri tokoh tersebut secara
langsung. Cara dramatic, ialah cara mnampilkan tokoh tidak secara langsung
tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku
atau tokoh dalam suatu ceita. Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan
banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan
batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk
cakapan batin terhadap peristiwa yang akakn terjadi.
c. Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu
kesatuan yang padu bulat, dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian:
1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan
tokoh-tokohnya.
2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara
tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik
tokoh-tokoh semakin seru.
4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di
antara tokoh-tokhnya.
5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik
semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau
konflik telah terselesaikan.
Pengeluaran, yaitu teknik atau
cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengeluaran dibedakan menjadi
alur erat dan alur longgar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya
pencabangan cerita. Alur longgar ialah alur yang memungkinkan adanya
pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengeluaran dibedakan menjadi alur
tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya
sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari
segi urutan waktu, pengeluaran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus.
Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal
sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut
dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bias menggunakan gerak balit
(backtracking), sorot balik (fashback), atau campuran keduanya.
d. Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu
tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah
karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi atar material dan social.
Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh
tersebut berada. Latar sosial, ialah lukjisan tatakrama tingkah laku, adapt,
dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara
menampilkan latar.
e. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari mana
suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah pribadi yang
diciptakan pengarang untuk menyampikan cerita. Paling tidak ada dua pusat
pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga.
Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut,
biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga , pencerita tidak
terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau
dalang yang serba tahu.
f. Karakter
Tokoh dalam cerita. Karakter
dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda. Karakter dapat dibagi menjadi:
1. Karakter utama: tokoh yang membawakan
tema dan memegang banyak peranan dalam cerita.
2. Karakter pembantu: tokoh yang mendamping
karakter utama.
3. Protagonis: karakter/tokoh yang
mengangkat tema.
4. Antagonis: karakter/tokoh yang memberi
konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis.m(ingat,
tokoh antagonis belum tentu jahat)
5. Karakter statis (flat/ static character):
karakter yang tidak mengalami perubahan kepibadian atau cara pandang dari awal
samp[ai akhir cerita.
6. Karakter dinamis (Round/dynamic
character): kasrakter yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang .
karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya,
terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
Catatan: karakter pembantu
biasanya aadalah karaker statis karena tidak digambarkan secara detail oeh
penulis sehingga peruybahan kepibadian dan cara pandangnya tidak pernah
terlihat secara jelas.
g. Karakterisasi
Cara penulis menggamnarkan
karakter. Ada banyak cara untuk menggali penggambaran karakter, secara garis
besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan
dramatic. Tekniknaratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung
oleh penulis atau narrator. Teknik daramatik dipakai ketika karakterisasi
torkoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara berpakaian,
kata-kata yang diucapkan, dialognya dengan karakter lain, pendapat kerakter
lain, dll.
h. Konflik
Konfklik adalah pergumulan yang
dialami olh karakter dalam serita dan. Konflik ini merupakan inti dari sebuah
karya sastra yang pada akhirnya memberntuk plot. Ada empat macam konflik, yang
dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: konflik
ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang
timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan
karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut.
Konflik eksternal
Individu-individu: onflik yang dialami dedeorang dengan orang
lain.
Individu-alam: konflik yang
dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu
dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam.
Individu¬-Lingkungan/masyarakat:
konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
i. Symbol
Symbol digunakan untuk mewakili
sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian).
j. Sudut Pandang
Sudut pandang yang dipilih
penulus untuk menyampaikan ceritanya.
1. Orang pertama: penulis berlaku sebagai
karakter utama cerita, iini diutandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan
teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala ha yang tidak
diungkapkan oleh sang narrator. Keuntungan dari teknik ini dalah pembaca merasa
menjadi bagian dari cerita.
2. Orang kedua: teknik yang banyak
menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘anda’. Teknik ini jarang sipakai karena memaksa
pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
3. Orang ketiga: cerita dikisahkan
mnggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:mereka dan dia.
k. Teknik Penggunaan Bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis
biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala
pesannya sampai kepada pemabaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik
juga membuat tuisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini
misalnya menggunakan majas, idiom, dan peribahasa.
5.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik sebuah karya
sasta dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Tidak
ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pastibewrhubungan
secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan
seperti tradisi sastra, kebudayaan llingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan
mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur
yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan
pendekatan terhadap unsur ekstrinsik , diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat
seperti sosiologi, psikologi,filsafat, dan lain-lain.
Menurut Tuhusetya (2007), sebuah
karya sastra yang baik mustahil dapat menghindarkan dari dimensi kemanusiaan. Kejadia-kejadian
yang terjadi dalam masyarakat pada umumnyadijadikan seumbner ilham, bagi para
sastrawan untuk membuat suatu karya sastra.
Seorang sastrawan mamiliki
penalaran tinggi, mata batin yang tajam, dan memiliki daya intuitif yang peka.
Kelebihan-kelebihan itu jarang sekali ditemukan pada orang awam. Dalam hal ini,
karya sastra yang lahir pun akan diwarnai oleh latar belakang sosiokultural
yang melingkupi kehidupan sastrawannya.
Suatu keabsahan jika dalam karya
sastra terdapat unsur-unsur ekstrinsik yang turut mewarnai karya sastra.
Unsur-unsur ekstrinsik yang dimaksud seperti filsafat, psikologi, religi
gagasan, pendapat, sikap, keyakinan, dan visi lain dari pengarang dalam
memandang dunia. Karena unsur-unsur ekstrinsik itulayh yang menyebabkan karya
sastra tidak mung terhindar dari amanat, tendensi, unsur mendidik, dan fatwa
tentang makna kearifan hidup yang ingin disampaikan kepada pembaca.
0 comments:
Post a Comment